BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sustainable
Development Goals (SDGs) adalah kelanjutan dari
pelaksanaan Millenium Development Goals (MDGs)
yang telah berakhir pada tahun 2015. Sustainable
Development Goals (SDGs) disebut juga Global goals Terdiri dari 17 Goals,
169 Target dan 220 – 300 indikator yang akan bersama diwujudkan hingga tahun 2030 (SDGs, 2015).
Menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong
kesejahteraan bagi semua orang di segala usia merupakan Goals ketiga dalam
pelaksanaan Sustainable
Development Goals (SDGs). Target dalam goals ketiga ini antara lain yaitu : 1.
Pada tahun 2030 mengurangi angka kematian ibu hingga dibawah 70 per 100.000
kelahiran hidup dan 2. Pada tahun 2030 mengakhiri kematian bayi dan balita yang
dapat dicegah, dengan seluruh Negara berusaha menurunkan Angka kematian
neonatal setidaknya hingga 12 per 1.000 kelahiran hidup dan angka kematian
balita 25 per 1.000 Kelahiran Hidup (SDGs, 2015).
Dari hasil data World
Health Organization (WHO) tahun 2015 angka kematian ibu (AKI) diseluruh dunia 216/100.000 kelahiran
hidup (KH) atau hampir sekitar 830 wanita meninggal akibat dari proses
kehamilan, persalinan dan pasca persalinannya. Dan WHO juga mencatat bahwa 99%
dari angka kematian tersebut terjadi di Negara berkembang termasuk Indonesia
(WHO, 2015).
Angka kematian bayi (AKB) di seluruh dunia yaitu
32/1000 kelahiran hidup dimana di negara berkembang yaitu 35/1000kelahiran
hidup di Negara maju 5/1000 kelahiran hidup (Manuaba, dkk 2014).
Dari
hasil Survey Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015, AKI Kembali menunjukkan
penurunan menjadi 305 kematian ibu per 100.000 dari 359 Kematian per 100.000 pada tahun 2012. sementara untuk AKB
Sebesar 22,23 per 1.000 kelahiran hidup, yang artinya sudah mencapai target
MDGs 2015 yaitu 23 per 1.000. kelahiran hidup. dan Angka Kematian Balita
(AKABA) Hasil SUPAS sebesar 26,29 per
1.000 kelahiran hidup juga belum memenuhi target MDGs 2015 sebesar 32 per 1.000
kelahiran hidup (Kementerian Kesehatan RI, 2016).
Berdasarkan Laporan dari profil Kab/Kota AKI
yang dilaporkan di Sumatera Utara tahun 2015
93/100.000 kelahiran
hidup, dan AKB sebesar 4,3/1.000 kelahiran hidup.Namun, ini belum bisa menggambarkan AKI dan AKB yang
sebenarnya karena kasus – kasus yang dilaporkan adalah kasus kematian yang
terjadi di sarana fasilitas kesehatan , sedangkan kasus – kasus kematian yang
terjadi di masyarakat belum sepenuhnya terlaporkan
(Dinas Kesehatan Sumatera Utara,
2015).
Dalam laporan Profil Kab/Kota Sumatera Utara juga terlihat Jumlah
Kematian ibu Kota Medan pada tahun 2015 adalah 6 orang dengan penyebab
Hipertensi, Jumlah Kematian bayi 14 Orang dengan penyebab utama BBLR dan
Asfiksia (Dinas Kesehatan Sumatera Utara, 2015).
Penyebab
utama kematian ibu yaitu hipertensi dalam kehamilan dan perdarahan postpartum.
Beberapa kondisi yang menyebabkan ibu hamil tidak sehat antara lain adalah
anemia, ibu hamil menderita diabetes, Hipertensi, Malaria, Empat terlalu.
Sebanyak 542 per 1000 perempuan di bawah usia 20 tahun telah melahirkan dan
sebanyak 207 per 1000 perempuan di atas 40 tahun masih melahirkan. Penyebab ini
sebenarnya dapat diminimalisir apabila kualitas Antanatal Care dilaksanakan dengan baik (Kementerian Kesehatan
RI,2015).
Upaya
lain yang dilakukan untuk mendorong angka kematian Ibu dan angka kematian bayi
yaitu dengan mendorong agar setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
terlatih yaitu dokter spesialis kebidanan dan kandungan (SpOG) dokter umum, dan
bidan, serta diupayakan dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan. Persentase pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di
Indonesia menunjukkan penurunan dari 90,88% pada tahun 2013 menjadi 88,55% pada
tahun 2015 (Kementerian Kesehatan RI, 2016).
Pelayanan kesehatan ibu
nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standart pada ibu mulai 6 jam sampai 42
hari setelah melahirkan. Untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas
diperlukan pemantauan pertama masa 6-8 jam setelah persalinan (sebelum pulang),
pemantauan kedua 6 hari setelah persalinan, pemantauan ketiga 2 minggu setelah
persalinan, dan pemantauan keempat 6 minggu setelah persalinan, Persentase Kunjungan masa nifas KF3 di Indonesia secara
umum mengalami peningkatan 17,90% menjadi 87,06% (Kementerian
Kesehatan RI, 2016).
Cakupan pelayanan
kesehatan pada anak meliputi perawatan tali pusat bayi baru lahir, pemeriksaan
berupa imunisasi, kepemilikan akte kelahiran, kepemilikan buku KMS dan KIA,
pemantauan pertumbuhan, pemberian vitami A, persalinan ASI dan MPASI, Inisiasi
menyusu dini (IMD), dan pemberian kolostrum, Hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesda) penyebab kematian terbanyak pada bayi 0-6 hari didominasi oleh
gangguan/kelainan pernafasan (35,9%), prematuritas (32,4%) dan sepsi (12%)
(Kementerian Kesehatan RI, 2016).
KB
merupakan salah satu strategi untuk mengurangi angka kematian ibu khususnya
dengan ibu dengan kondisi 4T; Terlalu muda, terlalu sering melahirkan, terlalu
dekat jarak melahirkan dan terlalu tua melahirkan. Selain itu, program KB juga
bertujuan untuk meningkatkan kualitas Kesehatan keluarga , keselamatan ibu,
anak serta perempuan.
Persentase
KB baru terhadap PUS di Indonesia pada tahun 2015 sebesar 13,46% (Kementerian Kesehatan RI, 2016).
Berdasarkan Uraian diatas, usaha yang dapat kita lakukan bersama adalah
dengan Continuity
of midwifery care . Menurut Evi Pratami, 2014 Continuity of midwifery care adalah
pelayanan yang dicapai ketika terjalin hubungan yang terus-menerus antara
seorang wanita dan bidan. Asuhan yang berkelanjutan berkaitan dengan kualitas
pelayanan dari waktu kewaktu yang membutuhkan hubungan terus menerus antara
pasien dengan tenaga profesional kesehatan. Layanan kebidanan harus disediakan
mulai prakonsepsi, awal kehamilan, selama semua trimester, kelahiran dan
melahirkan sampai enam mingggu pertama postpartum (Fitriahanifa, 2014).
Menurut Yanti, 2015 Implementasi
model pembelajaran klinik Continuity of
Care, dapat dievaluasi bahwa tidak terjadi kematian (zero maternal mortality), dari 108 ibu hamil yang menjadi kasus
dan 1 kematian neonatus akibat persalinan prematur (Agung, 2015).
Oleh
karena itu, untuk mendukung upaya pembangunan kesehatan dan mempercepat
penurunan angka kematian ibu dan bayi, maka penulis melakukan asuhan kebidanan
secara berkesinambungan (contuinity of
care) mulai dari masa kehamilan, persalinan, sampai masa nifas serta
perawatan bayi baru lahir pada Ny. D usia 26 tahun dengan G3 P1 A1 usia
kehamilan 28 minggu dimulai dari masa kehamilan trimester III sampai masa Nifas
di klinik Linda Silalahi. Penulis bertemu dengan Ny. D pada pertengahan bulan
desember 2016 di klinik linda silalahi, pada saat itu Letak janin dalam
kandungan pada Ny.D Letak bokong lalu penulis melakukan Therapy Teknik Knee Cheest Postion (KCP), setelah
terbangun kepercayaan antara Ny.D dan penulis, Penulis baru mengutarakan niat
untuk memantau kehamilan Ny.D dari hamil sampai dengan masa Nifas . Penulis
memilih klinik Linda Silalah sebagai tempat melaksanakan asuhan Pada Ny.D
karena klinik tersebut dekat dengan Rumah Ny.D , Klinik Tersebut juga sudah
menerapkan asuhan kebidanan minimal 8T, dari hasil Survey Jumlah Pasien ANC
dalam 1 bulan terakhir berjumlah 84 Orang dan Pasien INC berjumlah 11 Orang.
Selain itu Klinik bersalin Linda silalahi sudah memiliki ikatan kerjasama
dengan pihak Poltekkes Kemenkes Medan Prodi D-III Kebidanan Medan.
1.2. Identifikasi Ruang Lingkup Asuhan
Ruang lingkup asuhan
kebidanan diberikan kepada ibu hamil trimester III sampai dengan asuhan masa Nifas, Pelayanan ini
diberikan dengan continuity care.
1.3
Tujuan
1.3.1
Tujuan
Umum
Memberikan
asuhan kebidanan secara continuity care
kepada ibu hamil trimester III, dilanjutkan bersalin, nifas dan neonatus menggunakan
pendekatan manajemen kebidanan.
1.3.2
Tujuan
Khusus
1. Melakukan asuhan
kebidanan secara contuinity of care
dan komprehensif
pada masa kehamilan Pada Ny. D di Klinik Linda Silalahi Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.
2. Melakukan asuhan
kebidanan secara contuinity of care
dan komprehensif
pada masa Bersalin Pada Ny. D di
Klinik Linda Silalahi Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.
3. Melakukan asuhan
kebidanan secara contuinity of care
dan komprehensif
pada masa Bayi Baru lahir pada bayi Ny. D di Klinik Linda Silalahi Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.
4. Melakukan asuhan
kebidanan secara contuinity of care
dan komprehensif
pada masa Nifas Pada Ny. D di
Klinik Linda Silalahi Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.
1.4.
Sasaran, Tempat dan Waktu Asuhan
Kebidanan
1.4.1
Sasaran
Ny. D 26 tahun G3 P1 A1
dengan usia kehamilan 28 minggu dengan memperhatikan continuity of care mulai dari kehamilan trimester III dilanjutkan
dengan Bersalin, Masa Nifas, dan Neonatus.
1.4.2
Tempat
Asuhan kebidanan di lakukan di Klinik Linda Silalahi Desa kampung Tujuh Kec, Pancur
Batu Kab. Deli Serdang.
1.4.3
Waktu
Waktu yang digunakan
untuk penyusunan LTA mulai bulan Januari sampai dengan bulan Mei 2017.
1.5
Manfaat
1.5.1
Manfaat Teoritis
Mengembangkan konsep continuity of care dan kompherensif
serta Mengaplikasikannya dalam penyusunan LTA Dari masa Kehamilan sampai Masa
Nifas pada Ny. D
di Klinik Linda Silalahi Tahun 2017.
1.5.2
Manfaat Praktis
1. Bagi institusi
Pendidikan
Sebagai
Bahan
masukan dalam meningkatkan penerapan asuhan kebidanan dan sebagai bahan
referensi Perpustakaan.
2. Bagi Klinik Bersalin
Dapat
menjadi masukan bagi klinik bersalin dalam membantu meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan dan asuhan kebidanan secara continuity
of care sehingga tercapai asuhan sesuai standart pelayanan kebidanan yang
diatur dalam KEPMENKES N0 938/MENKES/SK/VIII/2007.
3. Bagi Klien
Untuk menambah wawasan klien, umumnya dalam perawatan kehamilan, Persiapan Persalinan,
Perawatan Masa Nifas dan Neonatus.
Serta Kehamilan,
Persalinan, Masa Nifas dan Neonatus klien juga dapat terpantau.
4. Bagi Penulis
Untuk menambah
pengetahuan dan pengalaman penulis dalam menerapkan manajemen asuhan kebidanan
dari masa kehamilan sampai masa nifas secara continuity of care sehingga saat bekerja dilapangan dapat melakukan
secara sistemik, guna meningkatkan mutu pelayanan kebidanan.
Leopold I : 1. TFU Mengukur TFU menurut Lepold dan Mc. Donald untuk menghitung usia kehamilan dan untuk
menghitung taksiran Berat badan janin. Caranya :
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Kehamilan
2.1.1.
Konsep Dasar Kehamilan
A.
Pengertian Kehamilan
Menurut Mirza (2015)
Kehamilan adalah hasil dari “ kencan” sperma dan sel telur. Dalam prosesnya,
perjalanan sperma untuk menemui sel telur (ovum) betul – betul penuh
perjuangan. Dari sekitar 20 – 40 juta sperma yang di keluarkan, hanya sedikit
yang survive dan berhasil mencapai tempat sel telur. Dari jumlah yang sedikit
itu cuma 1 sperma saja yang bisa membuahi sel telur (Elisabeth, 2015).
Menurut
Saifuddin (2015) kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan
dari spermatozoa dan ovum dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila
dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan
berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut
kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester
kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13
hingga ke -27) dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40)
(Elisabeth, 2015).
B. Fisiologis Pada Ibu hamil Trimester III
Dengan
adanya kehamilan, maka akan terjadi perubahan pada ibu baik secara fisiologis
maupun psikologis. Perubahan tersebut sebagian besar adalah karena peningkatan
hormon di dalam tubuh. Menurut Sulistyawati, 2009 perubahan yang terjadi antara lain :
1.
Perubahan Anatomi Pada Ibu Hamil Trimester III.
a. Sistem Reproduksi.
1) Uterus.
Ukuran
uterus pada kehamilan cukup bulan adalah 30 x 25 x 20 cm dengan kapasitas lebih
dari 4.000 cc, Berat Uterus naik secara luar biasa dari 30 gram menjadi 1.000
gram pada akhir bulan. Pada ibu hamil biasanya rahim mobile, lebih mengisi
rongga abdomen kanan atau kiri. Serviks uteri bertambah vaskularisasinya dan
menjadi lunak, kondisi ini disebut dengan tanda Goodell. Oleh karena
pertambahan dan pelebaran pembuluh darah , warnanya menjadi livide, dan ini
disebut tanda Chadwick (Sulistyawati A, 2010).
Tabel 2.1
Tinggi Fundus Uteri (TFU) Menurut Leopold dan Spiegelberg
NO
|
Usia Kehamilan (minggu)
|
Tinggi Fundus Uteri
|
|
Leopold
|
Spiegelberg
|
||
1.
|
28
|
2
jari di atas pusat
|
27 cm diatas simfisis
|
2.
|
32
|
Pertengahan pusat dan prosessus xiphodeus
|
30 cm di atas simfisis
|
3.
|
36
|
3 jari di bawah prosessus xiphodeus
|
32 cm di atas simfisis
|
4.
|
40
|
Pertengahan pusat dan prosessus xiphodeus
|
38 cm di atas simfisis
|
Sumber : Sofian,
Amru. 2011. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC , halaman 41.
2) Ovarium
Proses Ovulasi selama kehamilan
akan terhenti dan pematangan folikel baru juga ditunda. Hanya satu korpus
luteum yang dapat ditemukan di ovarium. Folikel ini akan berfungsi maksimal
selama 6-7 minggu awal kehamilan (sampai terbentuknya Plasenta) dan selanjutnya
akan mengambil alih pengeluaran hormone estrogen dan progesterone yang sangat
dibutuhkan selama proses kehamilan (Sulistyawati A,2010).
3) Vagina dan Vulva
Oleh karena pengaruh estrogen terjadi hipervaskularisasi pada vagina dan
vulva, sehingga pada bagian ini terlihat lebih merah atau kebiruan . (Sulistyawati A, 2010).
b. Sistem
Kardiovaskular
Setelah mencapai kehamilan 30 minggu, curah jantung
agak menurun karena pembesaran rahim menekan vena yang membawa darah dari
tungkai ke jantung. Pada akhir kehamilan , rahim menerima seperlima dari
seluruh darah ibu (Sulistyawati A,
2010).
c. Sistem Urinaria
Pada akhir kehamilan , peningkatan aktivitas ginjal
yang lebih besar terjadi saat wanita hamil tidur miring. Tidur miring
mengurangi tekanan dari rahim pada vena yang membawa darah dari tungkai
sehingga terjadi perbaikan aliran darah yang selanjutnya meningkatkan aktivitas
ginjal dan curah jantung (Sulistyawati A,2010).
d. Sistem
Gastrointestinal
Rahim yang semakin membesar akan menekan rectum dan
usus bagian bawah, sehingga tejadi sembelit atau konstipasi. Sembelit semakin
berat karena gerakan otot di dalam usus di perlambat dengan tingginya kadar progesterone (Sulistyawati A, 2010).
e. Sistem Metabolisme
Janin membutuhkan 30 – 40 gram kalsium untuk
pembentukan tulangnya dan ini terjadi ketika trimester terakhir. Oleh karena
itu peningkatan kadar kalsium sangat diperlukan untuk menunjang kebutuhan.
Kebutuhan zat besi wanita hamil kurang lebih 1.000 mg, Fosfor dibutuhkan
sekitar 2 gr/hari dan Air, wanita hamil cenderung mengalami retensi air (Sulistyawati A, 2010).
f. Sistem Muskulusketal
Adanya sakit punggung dan ligament pada kehamilan tua disebabkan oleh meningkatnya pergerakan
pelvis akibat pembesaran uterus. Bentuk tubuh selalu berubah menyesuaikan
dengan pembesaran uterus ke depan karena tidak adanya otot abdomen (Sulistyawati A, 2010).
g.
Sistem Integument.
Topeng kehamilan (cloasma gravidarum ) adalah bintik –
bintik pigmen coklat yang tampak di kulit kening dan pipi. Peningkatan
pigmentasi juga terjadi di sekeliling putting susu, sedangkan di perut bagian
bawah tengah biasanya tampak garis gelap yaitu spider angioma . Pembesaran rahim menimbulkan perenggangan dan
menyebabkan robeknya serabut elastic di bawah kulit, sehingga menimbulkan striae gravidarum/striae livide. Kulit
perut atau linea alba bertambah
pigmentasinya dan disebut linea nigra (Sulistyawati A, 2010).
h.
Payudara
Sebagai organ target proses
laktasi, payudara mengalami banyak perubahan sebagai persiapan setelah janin
lahir, Beberapa perubahan yaitu : Bertambah besar, Tegang dan berat. Dapat
teraba nodul – nodul akibat hipertrofi
kelenjar alveoli, hiperpigmentasi
pada aerola mamae dan putting susu, dan kalau diperas akan keluar air susu
kolostrum (Sulistyawati A, 2010).
i.
Sistem Endokrin
Selama siklus menstruasi normal,
hipofisis anterior akan memproduksi LH dan FSH. FSH merangsang folikel de graff untuk menjadi matang
dan berpindah ke permukaan ovarium dimana ia dilepaskan. Folikel yang kosong dikenal
sebagai korpus luteum yang dirangsang oleh LH untuk memproduksi progesterone.
Progesteron dan estrogen merangsang proliferasi
dari desidua untuk mempersiapkan implantasi jika terjadi kehamilan.
Plasenta yang telah terbentuk sempurna secara dan berfungsi setelah 10 minggu
pembuahan terjadi akan mengambil alih peranan untuk memproduksi progesterone
dan estrogen (Sulistyawati A, 2010)
j.
Indeks Masa Tubuh dan Berat Badan
Penambahan berat badan yang
diharapkan selama kehamilan bervariasi antara ibu yang satu dengan yang
lainnya. Factor utama yang menjadi pertimbangan untuk merekomendasikan kenaikan
BB adalah kesesuaian BB sebelum hamil terhadap tinggi badan, yaitu apakah ibu
tergolong kurus, normal atau gemuk. Metode yang paling umum digunakan untuk menilai
kesesuaian BB terhadap TB adalah Body
Mass Index (BMI) atau Index
Massa Tubuh (IMT) dengan rumus :
IMT = BB / TB 2
NB : BB dalam satuan
kilogram dan TB dalam satuan meter.
Tabel 2.2
Kategori
Indeks Masa Tubuh Pada Ibu Hamil
IMT
|
Kategori
|
<18,5
|
Berat
Badan Kurang
|
18,5
- 24,9
|
Berat
Badan Normal
|
25,0
– 29,9
|
Berat
badan Lebih
|
≥
30,0
|
Obesitas
|
Sumber
: Sulistyawati,
dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu
hamil. Jakarta : Salemba Medika. Halaman 32
Peningkatan BB total selama hamil (single fetus) yang disarankan
berdasarkan IMT Sebelum hamil.
IMT Rendah : 12,5 s/d 18 kg
IMT Normal : 11,5 s/d 16 kg
IMT Tinggi : 7,0 s/d 11,5 kg
IMT Obese :
Minimal 7 kg
Perkiraan Peningkatan Berat badan
yang dianjurkan
·
4 kg pada kehamilan
trimester
·
0,5 kg/minggu pada kehamilan
trimester II sampai III
·
Totalnya sekitar 15 –
16 kg
k.
Sistem Pernafasan
Wanita hamil bernafas lebih cepat
dan lebih dalam karena memerlukan lebih banyak oksigen untuk janin dan untuk
dirinya. . (Sulistyawati A, 2010)
2. Perubahan Psikologi Ibu Trimester III
Menurut
Sulistyawati, 2010 Perubahan Psikologi Ibu trimester III (Periode penantian
dengan penuh kewaspadaan) :
a. Rasa Tidak nyaman timbul
kembali, merasa dirinya aneh, jelek dan tidak menarik.
b. Merasa tidak menyenangkan ketika
bayi lahir tidak tepat waktu
c. Takut akan rasa sakit dan bahaya
fisik yang timbul pada saat melahirkan, khawatir akan keselamatannya
d. Khawatir bayi dilahirkan dalam
keadaan yang tidak normal,
e. Merasa sedih karena akan
terpisah dari bayinya
f. Merasa Kehilangan Perhatian ,
Mudah Terluka dan Libido menurun.
C.
Kebutuhan ibu Hamil
1.
Kebutuhan Fisik
a.
Oksigen
Kebutuhan oksigen adalah kebutuhan
yang utama pada manusia termasuk ibu hamil. Berbagai gangguan pernafasan bisa
terjadi saat hamil sehingga akan mengganggu pemenuhan kebutuhan oksigen pada
ibu yang akan berpengaruh pada bayi yang dikandung.
Untuk mencegah hal diatas dan untuk
memenuhi kebutuhan oksigen maka ibu hamil perlu melakukan :
1. Latihan
nafas melalui senam hamil.
2. Tidur
dengan bantal yang lebih tinggi.
3. Makan
tidak terlalu banyak.
4. Kurangi
atau hentikan merokok.
5. Konsul
ke dokter bila ada kelainan atau gangguan pernafasan.
b. Nutrisi
Kebutuhan makanan pada
ibu hamil mutlak dipenuhi. Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan anemia, IUGR, abortus, Inersia uteri, Perdarahan pasca – persalinan dan lain lain.
Sedangkan kelebihan makanan akan menyebabkan janin telalu besar, Kegemukan dan
lain sebagainya.
Menurut Sulistyawati, 2010.
Penambahan nutrisi pada ibu hamil adalah :
1. Kalori .Kebutuhan kalori selama kehamilan adalah
sekitar 70.000 – 80.000 kilo kalori (kkal), dengan pertambahan berat badan
sekitar 12,5 kg. pertambahan kalori ini diperlukan terutama pada 20 minggu
terakhir. Untuk itu pertumbuhan kalori yang diperlukan setiap harinya sekitar
285 – 300 kkal.
2. Protein.
Ibu hamil mengalami peningkatan kebutuhan protein sebanyak 68% untuk itu
dianjurkan menambah asupan protein menjadi 12% per hari atau 75 – 100 gram.
3. Zat Besi. Kebutuhan zat besi selama hamil
meningkat sekitar 300%. Oleh karena itu peningkatan ini tidak dapat tercukupi
hanya dengan asupan makanan ibu hamil tetapi juga perlu ditunjang dengan
pemberian suplemen zat besi. Pemberian suplemen zat besi diberikan sejak
kehamilan minggu ke – 12 sebesar 30 – 60 gram setiap hari selama kehamilan dan
enam minggu setelah kelahiran untuk mencegah anemia postpartum.
4. Asam Folat. Jika kekurangan asam folat ibu dapat
menderita anemia megaloblastik dengan
gejala diare, depresi, lelah berat dan selalu mengantuk. Jika kondisi ini terus
berlanjut dan tidak segera ditangani makan pada janin dapat terjadi BBLR, anencephalus dan kelainan bentuk tulang
belakang janin (spina bifida). Oleh
karena itu perlu diberikan suplemen asam folat 280,660 dan 470 mikogram untuk
trimester I,II Dan III.
5. Kalsium. Kadar Kalsium dalam darah ibu turun 5%.
Oleh karena itu,perlu di seimbangkan dengan mengkonsumsi susu, udang, dan
sebagainya.
6. Vitamin B6 (Pirodiksin). Semakin berkembang otak
janin semakin meningkat pula kemampuan untuk mengantarkan pesan. Angka Kecukupan
Vitamin B6 Bagi ibu hamil adalah sekitar 2,2, milligram sehari.
7. Yodium . dibutuhkan untuk membentuk senyawa
tiroksin yang berperan mengontrol setiap metabolisme Sel baru yang terbentuk.
Angka ideal untuk konsusmsi yodium perhari adalah 175 mikrogram perhari.
8. Tiamin (Vitamin B1), Ribovlafin (B2) dan Niasin
(B3) Deretan vitamin ini akan membantu enzim untuk mengatur metabolisme system
pernafasan dan energy. Ibu hamil dianjurkan untuk mengkonsumsi tiamin sebesar
1,2 miligram perhari, Ribovlafin sekitar 1,2 miligram perhari dan Niasin 11
miligram perhari. Ketiga vitamin B ini bisa anda konsumsi dari keju, susu.
Kacang – kacangan, hati dan telur.
9 Air. untuk pertumbuhan sel – sel baru, mengatur
suhu tubuh, melarutkan dan mengatur proses metabolisme zat – zat gizi, serta
mempertahankan volume darah yang meningkat selama masa kehamilan. Sebaiknya,
minum 8 gelas per hari . selain itu bisa dibantu dengan jus buah. Namun, agar
bobot berat badan tidak naik berlebihan kurangi minuman yang mengandung gula.
c.
obat – obatan
Penatalaksanaan keluhah dan
ketidaknyamanan yang dialami lebih dianjurkan kepada pencegahan dan perawatan
saja, karena ada obat tertentu yang kadang bersifat kontra terhadap
kehamilan.(Sulistyawati A, 2010)
d.
Lingkungan yang Bersih
Guna untuk melindungi ibu dan janin terpapar kuman
dan zat toksik yang berbahaya bagi ibu hamil. Sepeti karbon monoksida yang ada dalam rokok yang dapat menembus plasenta
dan menyebabkan kemampuan Hb dalam mengikat oksigen. (Sulistyawati A, 2010)
e.
Senam Hamil
Berguna untuk melancarkan sirkulasi
darah, nafsu makan bertambah, pencernaan menjadi lebih baik dan tidur menjadi
lebih nyenyak. (Sulistyawati A, 2010)
f.
Pakaian
Pada
dasarnya pakaian apa saja bisa dipakai, baju hendaknya yang longgar dan mudah
dipakai serta bahan yang mudah menyerap keringat. Ada dua hal yang harus
diperhatikan dan dihindari yaitu :
1.
Sabuk dan stoking yang
terlalu ketat. Karena akan mengganggu aliran balik.
2.
Sepatu dengan hak
tinggi akan menambah lordosis
sehingga sakit pinggang.
Payudara ditopang
dengan BH yang memadai untuk mengurangi rasa tidak enak karena pembesaran.
Pakaian yang dikenakan ibu hamil harus nyaman tanpa sabuk/pita yang menekan
dibagian perut/pergelangan tangan, pakaian juga tidak baik terlalu ketat
dileher, stoking tungkai yang sering digunakan oleh sebagian wanita tidak
dianjurkan karena dapat menghambat sirkulasi darah. Pakaian wanita hamil harus
ringan karena wanita hamil tubuhnya akan bertambah besar. Korset yang di desain
tidak untuk kehamilan dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan tekanan pada uterus
dan wanita hamil tidak dianjurkan untuk menggunakannya (Sulistyawati A, 2010).
g.
Eliminasi
Keluhan yang sering muncul pada
eliminasi adalah konstipasi dan sering buang air kecil. Konstipasi terjadi karena adanya pengaruh hormone progesterone yang
mempunyai efek rilkes terhadap otot polos, salah satunya usus. Selain itu
desakan usus oleh pembesaran janin juga dapat menyebabkan konstipasi.
Sering buang air kecil merupakan
keluhan utama yang dirasakan oleh ibu hamil, terutama pada trimester I dan III.
Hal ini juga terjadi karena pembesaran janin juga menyebabkan desakan pada
kandung kemih. (Sulistyawati A, 2010)
h.
Seksual
Hubungan
seksual selama kehamilan tidak dilarang selama tidak ada riwayat penyakit
seperti berikut :
1.
Sering abortus dan
kelahiran prematur.
2.
Perdarahan pervaginam.
3.
Coitus
harus dilakukan dengan hati-hati terutama pada minggu terakhir kehamilan.
4.
Bila ketuban sudah
pecah, coitus dilarang karena dapat
menyebabkan infeksi janin intra uteri.
(Sulistyawati
A, 2010)
i. Sikap tubuh yang baik (Body Mechanic)
Seiring dengan bertambahnya usia
kehamilan, tubuh akan mengadakan penyesuaian fisik dengan pertambahan ukuran
janin. Perubahan tubuh yang paling jelas adalah tulang punggung bertambah lordosis karena tumpuan lebih bergeser
ke belakang dibandingkan sikap tubuh ketika tidak hamil. Keluhan yang sering
muncul adalah rasa pegal di punggung dan kram kaki ketika tidur malam. Untuk
mencegah dan mengurangi keluhan, perhatikan hal – hal berikut
1. Pakailah sepatu dengan
hak yang rendah.
2. Posisi tubuh saat
mengangkat beban, yaitu dalam keadaan tegak dan pastikan
beban terfokus pada lengan.
3. Tidur dengan posisi
kaki di tinggikan.
4. Duduk dengan posisi punggung tegak.
5. Hindari duduk atau
berdiri terlalu lama (Sulistyawati A, 2010)
j.
Imunisasi.
Jenis imunisasi yang diberikan adalah Tetanus Toxoid (TT), yang dapat mencegah
penyakit tetanus. Imunisasi pada ibu
hamil harus terlebih dahulu ditentukan status kekebalan/imunisasinya. Selama
kehamilan bila ibu hamil statusnya T0 maka hendaknya mendapatkan minimal 2
dosis TT1 Dan TT2 dengan interval 4 minggu. Berikut dijelaskan Pemberian
suntikan TT (Sulistyawati A, 2010)
Tabel 2.3
Pemberian
Suntikan TT
Status
|
Jenis
Suntikan TT
|
Interval
Waktu
|
Lama
Perlindungan
|
Persentase
perlindungan
|
T0
|
Belum
Pernah Mendapatkan suntikan TT
|
|
|
|
T1
|
TT1
|
|
3
Tahun *
|
80
|
T2
|
TT2
|
4
Minggu dari TT 1
|
5
Tahun
|
95
|
T3
|
TT3
|
6
Bulan dari TT 2
|
10
Tahun
|
99
|
T4
|
TT4
|
Minimal
1 tahun dari TT 3
|
Seumur
Hidup
|
99
|
T5
|
TT5
|
3
tahun dari TT4
|
|
|
Sumber
: Sulistyawati,
dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu hamil.
Jakarta : Salemba Medika.
keterangan:*
artinya apabila dalam waktu 3 tahun WUS
tersebut melahirkan,maka bayi yang dilahirkan akan terlindung dari TN (TetanusNeonatorum).
k. Persiapan Persalinan
Beberapa hal yang harus di persiapkan untuk persalinan yaitu :
1.
Biaya dan penentuan tempat serta
penolong persalinan.
2.
Anggota keluarga yang dijadikan
sebagai pengambil keputusan jika terjadi sesuatu komplikasi yang membutuhkan
rujukan.
3.
Baju ibu dan bayi serta perlengkapan lainnya.
4.
Surat – surat fasilitas kesehatan
seperti BPJS, ASKES dan lain sebagainya.
5.
Pembagian peran ketika ibu berada
di tempat persalinan.
Selain itu
, berikan juga pemahaman tentaang tanda pasti persalinan. (Sulistyawati
A, 2010).
l. Memantau kesejahteraan janin
Salah satu indikator kesejahteraan janin yang dapat di pantau sendiri
adalah gerakannya dalam 24 jam. Gerakan janin dalam 24 jam minimal 10 kali.(
Sulistyawati A, 2010).
m. Kunjungan Ulang
Sesuai
dengan kebijakan Departemen Kesehatan, kunjungan minimal selama hamil adalah 4
kali, yaitu 1 kali pada trimester 1, 1 kali pada trimester II, dan 2 kali pada
trimester III. Namun sebaiknya kunjungan tersebut rutin dilakukan setiap bulan
agar dapat segera terdeteksi jika ada penyulit atau komplikasi kehamilan.(Sulistyawati
A, 2010).
n. Tanda Bahaya dalam kehamilan
Beberapa tanda bahaya dalam kehamilan yang perlu disampaikan kepada
pasien : Perdarahan Pervaginam, Sakit Kepala hebat, Masalah Penglihatan, Nyeri
pada muka atau lengan, Nyeri abdomen
yang hebat, dan Bayi kurang bergerak seperti biasanya (Sulistyawati
A, 2010 ).
2. Kebutuhan Psikologis
Menurut Sulistyawati, 2010
Kebutuhan Psikologis ibu hamil, yaitu :
1.
Persiapan saudara kandung (Sibling).
2.
Dukungan keluarga.
3.
Perasaan aman dan nyaman selama
kehamilan.
4.
Persiapan menjadi orang tua.
5.
Dukungan dari tenaga kesehatan.
D. Kebijakan Pelayanan Antenatal
Pelayanan antenatal yang bermutu pada hakekatnya merupakan suatu
pelayanan medi dasar yang sangat strategis dalam upaya meningkatkan derajat
kesehatan ibu hamil dan janin yang dikandungnya.untuk mencapai Keinginan
tersebut perlu selalu diperhatikan akses terhadap pelayanan antenatal yang
dapat dijangkau ibu hamil dan Keluarganya sehingga ibu hamil tetap bisa
melakukan pemeriksaan kehamilan secara berkesinambungan demi kesehatan dan
keselamatan bayinya. (Handayani retno , dkk. 2007)
1.
Kebijakan Program
Pemeriksaan Kehamilan sebaiknya dilakukan sedini mungkin , segera setelah
seorang wanita merasa dirinya hamil. Dalam pemeriksaan antenatal selain
kuantitas (Jumlah Kunjungan), perlu diperhatikan pula kualitas pemeriksaanya.
Kebijakan program pelayanan antenatal menetapkan fruekuensi kunjungan antenatal
sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 (empat) kali selama kehamilan dengan
ketentuan sebagai berikut :
1)
Minimal 1 (satu) kali pada
trimester pertama = K1.
2)
Minimal 1 (satu) kali pada trimester kedua = K2.
3)
Minimal 2 (dua) kali pada
Trimester ketiga = K3 Dan K4
Apabila terdapat kelainan atau penyulit kehamilan seperti mual, muntah,
keracunan kehamilan, perdarahan, kelainan letak dan lain – lain fruekuensi
pemeriksaan disesuaikan dengan kebutuhan.
Menurut Kemenkes RI, 2015 Pelayanan kesehatan ibu hamil yang di berikan
harus memenuhi elemen pelayanan sebagai berikut :
1)
Penimbangan berat badan dan tinggi
badan.
2)
Pengukuran Tekanan darah (TD).
3)
Pengukuran Lingkar lengan atas
(LILA).
4)
Pengukuran Tinggi Puncak rahim
(TFU).
5)
Penentuan status imunisasi TT dan
pemberian imunisasi TT sesuai status imunisasi.
6)
Pemberian tablet darah minimal 90
tablet selama kehamilan.
7)
Penentuan presentasi janin dan
denyut jantung janin (DJJ)
8)
Pelaksanaan temu wicara (pemberian
komunikasi interpersonal dan konseling
termasuk Keluarga Berencana)
9)
Pelayanan Tes Laboraturium
10)
Tatalaksana Kasus
2.
Kebijakan Teknis
Setiap kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau mengalami
penyulit/Komplikasi. Oleh karena itu, diperlukan pemantauan kesehatan ibu hamil
selama masa kehamilannya. Penatalaksanaan pelayanan pemeriksaan ibu hamil
secara keseluruhan meliputi hal – hal sebagai berikut :
1.
Mengupayakan Kehamilan yang
sehat.
2.
Melakukan deteksi dini
penyulit/komplikasi , melakukan penatalaksanaan awal serta rujukan bila
diperlukan.
3.
Persiapan Persalinan yang
bersih dan aman.
4.
Perencanaan antisipatif dan
persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi penyulit/komplikasi.
E. Pelayanan Antenatal care terpadu
(Integrated antenatal care )
Antenatal care terpadu merupakan salah satu program kunci dalam penapisan
pelayanan KIA yang dimulai saat hamil sampai pada pascanifas. Menurut Kemenkes,
2012 Pelayanan antenatal care terpadu merupakan pelayanan antenatal
kompherensif dan berkualitas yang diberikan kepada semua ibu hamil. Pelayanan
tersebut diberikan oleh dokter, bidan dan perawat terlatih. Sedangkan jenis
pemeriksaan pelayanan ANC terpadu adalah sebanyak 18 jenis pemeriksaan yaitu,
keadaan umum, suhu tubuh, tekanan darah, berat badan, LILA , TFU, Presentasi
janin, DJJ, Hb, Golongan darah, protein Urine, gula darah/reduksi, darah
malaria, BTA, Darah sifilis, Serologi, HIV dan USG. (Rachmawati dan
Mikrajab, 2015).
Implementasi pelayanan ANC terpadu saling berkolaborasi antar bidan
dengan tenaga kesehatan yang lain seperti analisi laboraturium/ petugas lab dan
tenaga gizi, gigi dan lainnya. Dasar hukum (legal
standing) formulasi dan kebijakan ANC terpadu di tingkat pusat sesuai
dengan amanat pasal 5 ayat 1, 2 dan 3 UU N0 36 tahun 2009 menyatakan bahwa
setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di
bidang kesehatan; setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan
kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau; setiap orang berhak secara mandiri
dan bertanggung jawab menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang di perlukan
bagi dirinya (Rachmawati dan Mikrajab, 2015).
2.1.2. Asuhan Kehamilan
Asuhan Kehamilan merupakan proses berkelanjutan yang
dimulai pada kontak pertama antara petugas kesehatan dengan ibu hamil dan
secara optimal berakhir pada pemeriksaan 6 minggu setelah persalinan. Pada
setiap kunjungan antenatal, petugas mengumpulkan dan menganalisis data mengenai
kondisi ibu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik, untuk mendapatkan
diagnosis kehamilan intrauterine,
serta ada tidaknya masalah atau komplikasi (Saifuddin, 2013).
A.
Asuhan Kehamilan Pada Kunjungan Awal
Pengkajian Data Pada Ibu Hamil
1.
Data Subjektif
a. Biodata
b. Anamnesis
Maksud dari anamnesa
kehamilan adalah mendeteksi komplikasi – komplikasi dan menyiapkan kelahiran
dengan mempelajari keadaan ibu sekarang, kehamilan dan kelahiran terdahulu,
kesehatan umum, kondisi sosial ekonomi. Informasi lengkap yang diperoleh,
memudahkan petugas kesehatan untuk menentukan anjuran atau pengobatan yang akan
diberikan (Handayani retno , dkk. 2007).
Pada
kunjungan antenatal yang pertama, mulai dikumpulkan informasi mengenai ibu
hamil yang akan membantu dalam membangun hubungan kepercayaan antara pemberi
pelayanan dengan ibu, mendeteksi komplikasi dan menyusun rencana khusus bila
diperlukan. Sedangkan kunjungan berikutnya dikumpulkan informasi mengenai
kehamilan untuk mendeteksi komplikasi dan melanjutkan pemberian pelayanan yang
di perlukan (Handayani retno , dkk. 2007).
Tabel. 2.4.
Anamnesis Dalam Kehamilan
Riwayat Kesehatan Reproduksi
|
Riwayat Kesehatan
|
Data Psikososial
|
Pola Pemenuhan Kebutuhan
sehari – hari
|
Pengetahuan Pasien Tentang Kehamilan
nya
|
1). Haid
a) Menarche
b) Siklus Haid
c) Lamanya
d) Keluhan
e) Volume
f) Bau
g) Konsistensi
2) Riwayat
Kehamilan yang lalu
3) Riwayat
Kehamilan yang sekarang
a) Hari
pertama Haid terakhir
b) Hari
perkiraan Lahir (HPL)
c) Kehamilan
keberapa
d) Periksa
hamil dimana
e) Imunisasi
TT
· Trimester
I
· Trimester
II
· Trimester
III
f) Keluhan Selama hamil
g)
obat – obatan yang di konsumsi selama hamil
h
) Konsumsi Jamu ?
i)
Gerakan janin
(Fruekuensi lebih dari 10 kali/24 jam ?)
|
1)Riwayat Kesehatan Sekarang
a)Penyakit menular: TBC, Hepatitis
b)Pe
nyakit Menurun: (DM, Asma, Hiper
tensi)
2)Riwayat Kesehatan yang lalu
a) Pernah di rawat di RS, Atau pernah
meng
alami operasi ?
3)Riwayat Kesehatan Keluarga
a)Keha
milan Kembar
b)Pe
nyakit Menular dalam keluarga
c)Penyakit Keturunan
d)Penya-
kit Alergi
|
1) Riwayat Perkawinan
2) Respon suami dan keluarga terhadap
kehamilan ini.
3) Respon ibu terhadap kehamilan.
4)Hubungan ibu dengan anggota keluarga
suami dan anggota keluarga yang lain.
5) Adat setempat
yang dianut dan berhubungan dengan kehamilan
|
1) Makan
a. Fruekuensi
b. Jenis Makanan
c. Jumlah
d. Pantangan
e. Makanan Kesukaan
2) Minum
a. Fruekuensi
b. Banyaknya
c. Jenis Minuman
d. Minuman Kesukaan
3) Istirahat
a. Malam
b. Siang
c. Keluhan
4) Personal Hygene
a. Mandi
b. Sikat Gigi
c. Ganti baju
d. Ganti celana dalam dan bra
e. Potong Kuku
f. Keramas
|
1)Pemeriksaan
Kehamilan
2)
Perawatan Payudara
3)
Memantau Gerakan Janin
4)
Waspada Keluhan
5)
Pola makan yang sehat
6)
Sikap Tubuh yang baik
7)
Posisi Tidur
8)Ketidak
nyamanan
dan cara mengatasinya
|
Sumber :
Sulistiyawati, 2010
2. Data Objektif
a. Pemeriksaan Umum
a)
KU
b)
TB
c)
BB sebelum hamil : BB setelah hamil
d)
LILA
e)
TTV (TD, RR, Polst, Temp)
b. Pemeriksaan Head to toe
a) Kepala
(1) Bentuk : Mesosephal
(2) Rambut
: Warna,
Kebersihan, Mudah rontok/tidak.
(3) Muka
: Cloasma, Jerawat, Sianaosis, berkeringat
(4)
Mata : Sklera, Konjungtiva Gangguan
Penglihatan
(5)
Telinga : Kebersihan Gangguan
pendengaran.
(6) Hidung
: Kebersihan Pernafasan Cuping hidung Polip
(7) Mulut : Karies Gigi, Kebersihan mulut dan lidah
Kelembapan bibir , Stomatitis, Perdarahan
Gusi
b). Leher :
(1)
Pemeriksaan kelenjar limfe, Tiroid,
Vena jugularis
c) Dada :
(1) Retraksi Dada (2) Denyut jantung teratur (3) wheezing
d) Payudara
(1) Bentuk :
Simetris/Tidak
(2) Hiperpigmentasi aerola
(3) Kondisi Putting susu kedalam/tidak
(4) Teraba
Keras, Lunak, Benjolan
(5)
Pengeluaran Kolostrum
e) Ekstremitas
atas
(1) Bentuk
(2) Kebersihan
tangan, kuku
(3) Pucat
diujung jari
(4) Tremor
(5) Telapak
Tangan berkeringat
f) Abdomen
(1)
Pembesaran Perut : simetris/tidak, sesuai dengan usia kehamilan/tidak
(2) Striae Gravidarum
(3) Luka
Bekas operasi
(4) Linea Nigra
(5) Palpasi
Leopold :
jika Belum masuk : (TFU – 12) x 155
Jika Sudah Masuk
: (TFU – 11)X 155
Leopold II : Untuk
mengetahui Bagian apa yang terdapat di sebelah kanan dan kiri Perut Ibu.
Leopold III : Untuk
mengtahui bagian apa yang teraba di bawah. Kepala atau Bokong, Satu atau lebih
dari satu.
Leopold IV : Seberapa besar
janin (Persentasi Yang sudah masuk panggul)
(6) DJJ :
Frekuensi/Menit, Teratur/Tidak Punctum
Maksimum
g ) Pemeriksaan Panggul
(1)
Pemeriksaan Panggul Luar
(2)
Pemeriksaan Panggul dalam
h) Genetalia Luar
(1)
Ada/tidak ada Varises
(2) tanda Chadwick
(3)
Pembesaran Kelenjar Bartholini
(4)
Keputihan
i) Genetalia Dalam
(1) Vagina
(2) Serviks
(3) Tanda
infeksi pada serviks
(4) Teraba promontorium
j) Pemeriksaan Bimanual : Tanda
Hegar
k) Rektum
(1)
Kebersihan
(2) Haemorroid
l) Ekstremitas bawah
1) Bentuk 2) Varises 3) Kebersihan
kuku 4) pucat pada ujung jari kaki 5) Teraba dingin atau panas – infeksi vena
6) Refleks Patella
c. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan
Laboraturium
(1) Hb (2) Golongan Darah (3) Protein
Urine (4) AL ( leukosit )
b) Pemeriksaan
USG dan Non – Stress Test (NST)
2. Menentukan Diagnosis
Diagnosis ditentukan dengan
menetapkan normalitas kehamilan yang di dapatkan berdasarkan data dasar (subjketif
atau Objektif) yang mengacu pada kondisi kehamilan fisiologi dalam kehamilan
(Sulistyawati,2010).
Tabel 2.5
Diagnosis Kehamilan
Kategori
|
Gambaran
|
Kehamilan
normal
Kehamilan
dengan masalah khusus
Kehamilan
dengan masalah kesehatan yang membutuhkan rujukan untuk konsultasi dan atau
kerja-sama penanganannya
Kehamilan
dengan kondisi kegawat-daruratan yang membutuhkan rujukan segera
|
Ibu
sehat
Tidak
ada riwayat obstetri buruk
Ukuran
uterus sama/sesuai usia kehamilan
Seperti
masalah keluarga atau psiko-sosial, kekerasan dalam rumah tangga, kebutuhan
finansial, dll.
Seperti
hipertensi, anemia berat, preeklampsia, pertumbuhan janin terhambat, infeksi
saluran kemih, penyakit kelamin dan kondisi lain – lain yang dapat memburuk
selama kehamilan
Seperti
perdarahan, eklampsia, ketuban pecah dini, atau kondisi – kondisi
kegawatdaruratan lain pada ibu dan bayi.
|
Sumber : Saifuddin, AB ,2009. Buku
Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, halaman 94.
3. Mengembangkan Perencanaan
Pemeriksaan awal ini dijadikan
sabagai patokan dalam memantau kemajuan kehamilannya (Sulistyawati, 2010).
a. Menetapkan Kebutuhan
Pemeriksaan Laboraturium
Pemeriksaan Laboraturium awal dan
rutin yang harus dilakukan adalah pemeriksaan kadar Hb sebagai Penapisan Anemia,
Pemeriksaan Laboraturium yang lain atau pendukung yaitu, Pemeriksaan Urine
untuk Penapisan Pre-Ekslampsi, Hematokrit
untuk penapisan DHF, Pemeriksaan
darah untuk penapisan Malaria dan lain – lain.
b. Menetapkan Kebutuhan /
Bimbingan belajar bagi pasien
a. Berdasarkan apa yang ditanyakan pasien
b. Berdasarkan pengkajian data
subjektif dan objektif yang ditemukan Petugas kesehatan.
c. Menetapkan Kebutuhan untuk
pengobatan Komplikasi Ringan Bidan mempunyai hak untuk melakukan pengobatan komplikasi
ringan pada ibu hamil (Permenkes 900, Standard Pelayanan Kebidanan)
d. Menetapkan Kebutuhan untuk
Konsultasi atau Rujukan ke Tenaga Kesehatan Lain.
e. Menetapkan Kebutuhan untuk
konseling yang spesifik (Anticipatory
Guidance)
Setiap Pasien mempunyai
karakteristik yang berbeda – beda. Beberapa kasus terkadang membutuhkan
konseling khusus seperti : Primigravida, Multigravida dengan sibling Rivalry, Pasangan Usia Muda,
Kehamilan di luar nikah, Primitua, dan kehamilan dengan Penyulit.
4. Menetapkan kebutuhan konseling
HIV-AIDS
5. Menetapkan Jadwal Kunjungan
Ulang sesuai dengan Perkembangan Kehamilan.
B. Asuhan Kehamilan Pada Kunjungan Ulang
1. Mengevaluasi Penemuan Masalah
yang terjadi serta aspek – aspek yang menonjol pada wanita hamil
Kunjungan Ulang di fokuskan pada
pedeteksian komplikasi – komplikasi, Mempersiapkan Kelahiran, Kegawatdaruratan,
Pemeriksaan fisik yang terfokus dan Pembelajaran.
2. Mengevaluasi Data Dasar
3. Mengevaluasi keefektifan
Manajemen/Asuhan
Kegiatan ini bertujuan agar hal
yang kurang efektif yang dilakukan pada asuhan sebelumnya tidak terulang lagi
serta aspek mana yang efektif agar tetap di pertahankan.
4. Pengkajian data focus
a. Riwayat
Menanyakan bagaimana perasaan pasien sejak
kunjungan terakhirnya, Kekhawatiran yang timbul sejak kunjungan terakhir, dan
Gerakan janin dalam 24 jam terakhir.
b.
Deteksi dini Ketidaknyamanan dan Komplikasi
Menanyakan keluhan – keluhan yang
biasa dialami ibu, atau tanda – tanda bahaya yang dialami oleh ibu.
c. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Fisik yang dilakukan
yaitu pemeriksaan Tekanan darah, Mengukur TFU, Melakukan Palpasi Abdomen,
Memeriksa DJJ, dan pemeriksaan yang lainnya jika ada indikasi.
d. Pemeriksaan Laboraturium
5. Mengembangkan Rencana sesuai
dengan Kebutuhan dan Perkembangan Kehamilan
Sesuai dengan usia kehamilan
ajarkan ibu tentang materi pendidikan kesehatan ibu hamil, Ketidaknyamanan
normal yang dialaminya, Rencana P4K, Ajari ibu mengenal tanda – tanda bahaya
dan Memahami apa yang harus dilakukan jika menemuinya.
2.2. Persalinan
2.2.1
Konsep Dasar Persalinan
A.
Pengertian Persalinan
Persalinan
adalah proses membuka dan menipisnya serviks
, dan janin turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana
janin dan ketuban di dorong keluar melalui jalan lahir.
Persalinan
dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37 – 42 Minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik ibu maupun
pada janin (Saifuddin 2009).
B.
Sebab – sebab yang Menimbulkan Persalinan
Sebab
terjadinya persalinan sampai kini masih merupakan teori – teori yang kompleks.
factor – factor hormonal, pengaruh prostaglandin,
struktur uterus, pengaruh syaraf dan nutrisi disebut sebagai factor – factor
yang mengakibatkan partus dimulai. Perubahan – perubahan dalam biokimia dan
biofisika telah banyak mengungkapkan mulai dari berlangsungnya partus, antara
lain penurunan kadar hormone estrogen dan
progesterone . seperti diketahui progesterone
merupakan penenang bagi otot – otot uterus. Menurunnya kadar kedua hormone ini
terjadi kira – kira 1 – 2 minggu sebelum partus dimulai. Kadar prostaglandin dalam kehamilan dari
minggu ke – 15 hingga aterm meningkat, lebih – lebih sewaktu partus (Sukarni,
I dan Margareth. 2016).
Keadaan uterus yang semakin membesar dan menjadi
tegang mengakibatkan iskemia otot –
otot uterus. Hal ini merupakan factor yang dapat mengganggu sirkulasi uteroplasenter sehinggga plasenta mengalami degenerasi.
Selain itu teori berkurangnya nutrisi pada janin yang di kemukakan oleh Hypocrates menyatakan jika bila nutrisi
pada janin berkurang maka janin akan segera di keluarkan. Factor lain yang
dikemukakan ialah tekanan pada ganglion
serviks dari pleksus frankenhauser
yang terletak dibelakang serviks. Bila ganglion
ini tertekan, kontraksi uterus dapat dibangkitkan (Sukarni,
I dan Margareth. 2016).
Fenomena yang mendahului Persalinan
1. Lightening terjadi
2 atau 3 minggu sebelumnya dan merupakan sensasi subyektif yang dirasakan oleh
ibu ketika janin mulai menempati segmen bawah rahim
2. Engagement terjadi
2 sampai 3 minggu sebelum kehamilan cukup bulan pada gravida
3. Sekresi vagina bertambah banyak
4. Turunya berat badan oleh karena ekskresi cairan
tubuh.
5. Sumbat lender dikeluarkan oleh serviks dan Aaa
lender darah (bloody Show )
7. Serviks menjadi lunak dan mendatar.
8. Nyeri pinggang yang terus menerus
9. Terjadi His palsu dengan bermacam – macam
fruekuensi.
C.
Fisiologi Persalinan
Menurut
Sarwono, Persalinan di bagi dalam 4 kala, yaitu :
I. Kala I : Dimulai dari saat persalinan mulai
sampai pembukaan lengkap (10 cm), proses ini terbagi menjadi 2 fase, Fase laten
(8 jam) serviks membuka sampai 3 cm dan fase aktif (7 jam) serviks membuka dari
3 menjadi 10 cm. kontraksi lebih Kuat dan lebih sering selama fase aktif.
a. Perubahan Fisiologi
Kala I.
1. Perubahan Anatomi
Fisiologi Kala I.
a) Keadaan SAR dan SAB pada persalinan
Menurut
Prawihardjo selama persalinan uterus berubah bentuk menjadi dua bagian yang
berbeda. yaitu segmen atas dan segmen bawah. secara singkat segmen atas berkontraksi,
mengalami retraksi, menjadi tebal dan mendorong janin keluar, sebagai respon
terhadap gaya dorong kontraksi pada segmen atas, sedangkan segmen bawah uterus
dan serviks mengadakan relaksasi dan dilatasi dan menjadi saluran yang tipis
dan teregang yang akan dilalui janin (Eka dan Kurnia, 2014).
Setelah kontraksi maka
otot tersebut tidak berelaksasi kembali ke keadaan sebelum kontraksi tapi
menjadi sedikit lebih pendek walaupun tonusnya seperti sebelum kontraksi.
Kejadian ini disebut retraksi. Dengan retraksi ini maka rongga rahim mengecil
dan anak berangsur di dorong ke bawah dan tidak banyak naik lagi ke atas
setelah his hilang. Akibat retraksi ini segmen atas semakin tebal dengan
majunya persalinan apalagi setelah bayi lahir. (Eka dan Kurnia, 2014).
b) Perubahan bentuk uterus
(1) Pada tiap kontraksi, fundus
yang tadinya bersandar pada tulang punggung berpindah kedepan mendesak dinding
perut depan ke depan. Perubahan letak uterus waktu kontraksi penting karena
dengan demikian sumbu rahim searah dengan sumbu jalan lahir.
(2) Dengan adanya kontraksi dari
ligament ratundum fundus uteri terlambat, sehingga waktu kontraksi, fundus tak
dapat naik ke atas. Kalau fundus uteri dapat naik ke atas saat kontraksi, maka
kontraksi tersebut tidak dapat mendorong anak ke bawah (Eka dan Kurnia, 2014).
c) Perubahan pada serviks
Tenaga yang
efektif pada kala I persalinan adalah kontraksi uterus, yang selanjutnya akan
menghasilkan tekanan hidrostatik
keseluruh selaput ketuban terhadap serviks dan segmen bawah uterus. Bila selaput
ketuban sudah pecah, bagian terbawah janin di paksa langsung mendesak serviks
dan segmen bawah uterus. Sebagai akibat kegiatan daya dorong ini, terjadi 2
perubahan mendasar : pendataran dan
dilatasi serviks yang sudah melunak( Eka dan Kurnia, 2014 )
Pendataran dari
serviks ialah pemendekan dari canalis
cervikalis, yang semula berupa sebuah saluran yang panjangnya 1-2 cm,
menjadi suatu lubang saja dengan pinggir yang tipis. ( Eka dan Kurnia, 2014 )
Dilatasi
adalah pelebaran os serviks eksternal
dari muara dengan diameter berukuran beberapa milimeter sampai muara terebut
cukup lebar untuk dilewati bayi. Ketika kontraksi uterus menimbulkan tekanan
pada selaput ketuban, tekanan hidrostatik
kantong amnion akan melebarkan
serviks. Dilatasi secara klinis dievaluasi dengan mengukur diameter serviks
dalam sentimeter, 0-10 cm dianggap pembukaan lengkap. Pada pembukaan lengkap
tidak teraba lagi bibir portio, segmen bawah rahim, serviks dan vagina telah
merupakan satu saluran ( Eka dan Kurnia, 2014 )
d) Perubahan pada vagina dan dasar panggul
Menurut
Prawirahardjo, Dalam kala I ketuban ikut meregangkan bagian atas vagina yag
sejak kehamilan mengalami perubahan-perubahan sedemikian rupa, sehingga dapat
dilalui oleh janin. Setelah ketuban pecah , segala perubahan, terutama pada
dasar panggul ditimbulkan oleh tekanan dari bagian terbawah janin. Perubahan
yang paling nyata terdiri atas peregangan serabut-serabut levator ani dan penipisan bagian tengah perineum, yang berubah
bentuk dari masa jaringan berbentuk baji setebal 5 sentimeter menjadi (kalau
tidak dilakukan episiotomi) perineum
teregang maksimal anus menjadi jelas membuka dan terlihat sebagai lubang
berdiameter 2-3 cm dan disini dinding anterior rectum menonjol. (Eka dan
Kurnia, 2014 )
e) Bloody
show
Bloody
show paling sering terlihat sebagai rabas lendir
bercampur darah yang lengket dan harus dibedakan dengan cermat dari perdarahan
murni. Ketika melihat rabas tersebut, wanita sering kali berpikir bahwa ia
“melihat tanda persalinan”. Kadang-kadang seluruh plak lendir dikeluarkan dalam
bentuk massa. Plak yang keluar pada saat persalinan berlangsung dan terlihat
pada vagina sering kali disangka tali pusat yang lepas oleh tenaga obstetric yang belum berpengalaman.
MenurutVarney,
Bloody show merupakan tanda persalinan
yang akan terjadi biasanya dalam 24 hingga 48 jam (Eka dan Kurnia, 2014).
f) Tekanan darah
Meningkat
selama kontraksi disertai peningkatan sistolik
rata-rata 15 (10-20) mmHg dan diastolik
rata-rata 5-10 mmHg, nyeri, rasa takut
dan kekhawatiran dapat meningkatkan tekanan darah (Eka dan Kurnia, 2014).
g) Metabolisme
Selama
persalinan, metabolisme karbohidrat aerob
maupun anaerob meningkat dengan
kecepatan tetap. Peningkatan metabolisme terlihat dari peningkatan suhu tubuh,
denyut nadi, pernafasan, curah jantung dan kehilangan cairan.
Peningkatan
curah jantung dan kehilangan cairan perlu mendapat perhatian serta ditindak
lanjuti guna mencegah terjadinya dehidrasi (Eka dan Kurnia, 2014).
h) Suhu
Sedikit
meningkat selama persalinan, tertinggi selama dan setelah melahirkan. yang
dianggap normal ialah peningkatan suhu yang tidak lebih dari 0,5 - 1°C, yang
mencerminkan peningkatan metabolisme selama persalinan.
i)
Denyut jantung (frekuensi jantung).
Frekuensi
denyut jantung nadi diantara kontraksi sedikit lebih tinggi dibandingkan selama
periode menjelang persalinan. Hal ini mencerminkan peningkatan metabolisme yang
terjadi selama persalinan (Eka dan Kurnia, 2014).
j) Perubahan pada ginjal
Poliuria
sering terjadi selama persalinan. Kondisi ini dapat diakibatkan peningkatan
lebih lanjut curah jantung selama persalinan dan kemungkinan peningkatan laju filtrasi glomelurus dan aliran plasma
ginjal.
Menurut
Varney, kandung kemih harus sering dievaluasi (setiap dua jam) untuk mengetahui
adanya distensi juga harus dikosongkan untuk mencegah (1) obstruksi persalinan akibat kandung kemih yang penuh, yang akan
mencegah penurunan bagian presentasi janin (2) trauma pada kandung kemih akibat
penekanan yang lama, yang akan menyebabkan hipotonia
kandung kemih dan retensi urine selama
periode pascapartum awal (Eka dan Kurnia,
2014).
k) Perubahan pada saluran cerna
Motilitas
dan absobrsi lambung terhadap makanan
padat jauh berkurang. Makanan yang diingesti selama periode menjelang
persalinan atau fase laten, cenderung akan tetap berada di dalam lambung selama
persalinan. Mual muntah umum terjadi selama fase transisi, yang menandai akhir
fase pertama persalinan. Oleh karena itu, wanita dianjurkan untuk tidak makan
dalam porsi besar atau minum berlebihan, tetapi makan dan minum ketika
keinginan timbul guna mempertahankan energi dan hidrasi (Eka dan Kurnia, 2014).
l) Perubahan hematologi
Hemoglobin
meningkat rata-rata 1,2 gr/100 ml selama persalinan dan kembali ke kadar
sebelum persalinan pada hari pertama pascapartum
jika tidak ada kehilangan darah yang abnormal (Eka dan Kurnia, 2014).
2.
Perubahan Psikologis Kala I.
Perubahan
psikologis selama persalinan perlu diketahui oleh penolong persalinan dalam
melaksanakan tugasnya sebagai pendamping atau penolong persalinan.
Perubahan psikologis
dalam kala I meliputi:
1. Perasaan
tidak enak.
2. Takut
dan ragu-ragu akan persalinan yang akan dihadapi.
3. Ibu
dalam menghadapi persalinan sering memikirkan antara lain apakah persalinannya
akan berjalan normal.
4. Menganggap
persalinan sebagai cobaan.
5. Apakah
penolong persalinan dapat sabar dan bijaksana dalam menolongnya.
6. Apakah
bayinya normal atau tidak.
7. Apakah
ibu sanggup merawat bayinya.
8. Ibu
merasa cemas.
Menurut
Eka dan Kurnia, 2014 Perubahan Psikologis ibu kala I, dipengaruhi oleh
1. Pengalaman sebelumnya.
2. Kesiapan Emosi dan Persiapan Mengahadapi Persalinan
3. Support system dan Lingkungan
4. Mekanisme Koping
5. Kultur dan Sikap Terhadap
Kehamilan
b. Pengkajian Ibu
Bersalin Kala I
a) Kemajuan persalinan
(1) Riwayat persalinan, seperti permulaan timbulnya
kontraksi uterus/his, selaput ketuban
utuh atau robek, darah lendir, perdarahan, masalah yang pernah ada pada
kehamilan terdahulu, seperti perdarahan postpartum, terakhir makan atau minum,
lama istirahat/tidur
(2) Pemeriksaan abdomen, seperti tinggi fundus,
tanda bekas operasi, kontraksi, penurunan kepala.
(3) Pemeriksaan vagina, seperti pembukaan serviks,
penipisan serviks, ketuban, anggota tubuh bayi yang sudah tampak.
b) Kondisi ibu
(1) Mengkaji
kartu/catatan asuhan antenatal, seperti tanda vital, berat badan, edema,
kondisi putting susu, kandung kemih, pemberian makanan/minuman.
(2) Pemeriksaan
laboratorium seperti haemoglobin.
(3) Pemeriksaan
psiko-sosial seperti perubahan perilaku, tingkat energi, kebutuhan akan
dukungan.
c) Kondisi janin
(1) Gerakan
janin
(2) Jika selaput ketuban
pecah, maka periksalah warna cairan ketuban, kepekatan cairan ketuban,
jumlah/banyaknya cairan ketuban.
(3) Letak
janin, besar janin, tunggal/kembar, gerak janin/denyut jantung.
(4) Posisi
janin seperti penurunan bagian terendah
(5) Molding/molase
c. Diagnosis Ibu Bersalin Kala I
a). Sudah dalam persalinan (inpartu), ada tanda-tanda persalinan : pembukaan serviks >3 cm,
his adekuat (teratur, minimal 2 kali dalam 10 menit selama 40 detik), lendir
darah dari vagina.
b). Kemajuan persalinan normal, yaitu kemajuan berjalan sesuai dengan
partograf.
c). Persalinan bermasalah, seperti kemajuan
persalinan yang tidak sesuai dengan partograf, melewati garis waspada.
d). Kegawatdaruratan saat persalinan, seperti eklampsia, perdarahan, gawat janin
d. Pemantauan Ibu Bersalin Kala I dengan Partograf
Partograf dipakai
untuk memantau kemajuan Persalinan dan Membantu Petugas Kesehatan dalam
mengambil keputusan dalam penatalaksanaan. Partograf dimulai dari pembukaan 4
cm (Fase Aktif)
Menurut Saifuddin, 2014 Petugas harus mencatat
kondisi ibu dan janin sebagai berikut
a)
Denyut Jantung janin.
Setiap 30 Menit Sekali
b)
Air Ketuban. Di Pantau
warna ketuban. (Apakah Utuh, Jernih, Bercampur Mekonium, Bernoda Darah, Kering
?)
c)
Molase. Perubahan/Penyusupan
Kepala janin (0 = Sutura terpisah, 1 = Sutura Tepat Bersesuaian, 2 = Sutura
Tumpang tindih tapi bisa diperbaiki 3 = Sutura timpang tindih dan tidak bisa
diperbaiki.
d)
Pembukaan Mulut Rahim (Serviks) dipantau setiap 4 Jam dan
diberi tanda silang
e)
Penurunan. Mengacu pada
penurunan kepala. Dipantau setiap 4 jam sekali.
f)
Waktu. Menyatakan
berapa jam waktu yang telah dijalani sesudah pasien diterima
g)
Kontraksi. Catat setiap
setengah jam, lakukan palpasi untuk menghitung banyaknya kontraksi dalam 10
menit dan lamanya tiap – tiap kontraksi dalam hitungan detik (Kurang dari 20
detik, Antara 20 – 40 detik, Lebih dari 20 detik )
h)
Oksitoksin. Jika
memakai oksitoksin, catatlah jumlah oksitoksin per volume cairan infuse dan
dalam tetesan per menit.
i)
Nadi. Catat setiap 30 –
60 menit dan tandai dengan titik besar
j)
Tekanan Darah. Catat
setiap 4 jam sekali dan tandai dengan anak panah
k)
Suhu badan. Dicatat
setiap 2 jam sekali
l)
Protein, Aseton, dan
Volume urin. Catat lah setiap kali ibu berkemih.
II. Kala II : Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm)
sampai bayi lahir, proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam
pada multi
a. Fisiologi
Kala II Persalinan
a). Kontraksi, dorongan otot-otot dinding
Menurut
Sumarah, kontraksi uterus pada persalinan mempunyai sifat tersendiri. Kontraksi menimbulkan nyeri, merupakan
satu-satunya kontraksi normal muskulus
(Eka dan Kurnia , 2014).
Sifat
khas :
1. Rasa sakit di fundus
merata keseluruh uterus sampai berlanjut ke punggung bawah.
2. Penyebab rasa nyeri
belum diketahui secara pasti. Beberapa dugaan penyebab antara lain :
(a) Pada saat kontraksi
terjadi kekurangan O2 pada miometrium.
(b) Penekanan ganglion saraf di serviks dan uterus
bagian bawah.
(c) Peregangan serviks
akibat dari pelebaran serviks.
(d )Peregangan peritoneum sebagai organ yang
menyelimuti uterus.
b). Uterus
Terjadi perbedaan pada
bagian uterus :
1. Segmen atas : bagian
yang berkontraksi, bila dilakukan palpasi akan teraba keras saat kontraksi.
2. Segmen bawah
: terdiri atas uterus dan serviks, merupakan daerah yang teregang, bersifat
pasif. Hal ini mengakibatkan pemendekan segmen bawah uterus.
3.
Batas antara segmen atas dan segmen bawah uterus membentuk lingkaran cincin retraksi fisiologis. Pada keadaan
kontraksi uterus inkoordinasi akan
membentuk cincin retraksi patologis yang dinamakan cincin bandl.
c). Pergeseran organ dasar panggul
Pada kala satu
persalinan selaput ketuban dan bagian terbawah janin memainkan peran penting
untuk membuka bagian atas vagina. Namun, setelah ketuban pecah,
perubahan-perubahan dasar panggul seluruhnya dihasilkan oleh tekanan yang
diberikan oleh bagian terbawah janin. Perubahan yang paling nyata terdiri atas
peregangan serabut-serabut m.levator ani
dan penipisan bagian tengah perineum, yang berubah bentuk dari massa jaringan
terbentuk baji setebal 5 cm menjadi (kalau tidak diakukan episiotomi) struktur membran tipis yang hampir transparan dengan
tebal kurang dari 1 cm. Ketika perineum teregang maksimal, anus menjadi jelas
membuka dan terlihat sebagai lubang berdiameter 2 sampai 3 cm dan disini
dinding anterior rectum menonjol.
Jumlah dan besar pembuluh darah yang luar biasa
yang memelihara vagina dan dasar panggul menyebabkan kehilangan darah
yang amat besar kalau jaringan ini robek (Eka dan Kurnia 2014).
d). Ekspulsi janin
Setelah
terjadinya rotasi luar, bahu depan berfungsi sebagai hypomochlion untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian setelah kedua
bahu lahir disusul lahirlah trochanter
depan dan belakang sampai lahir seluruhnya. Gerakan kelahiran bahu depan, bahu
belakang dan badan seluruhnya (Eka dan Kurnia, 2014).
b. Pemantauan Kala II
Persalinan
Pada saat ini ibu telah berada pada pembukaan
lengkap dan siap untuk melahirkan bayinya. Selama kala II, petugas harus terus
memantau:
a.
Tenaga, atau usaha mengedan
dan kontraksi uterus.
b.
Janin, yaitu penurunan
presentasi janin, dan kembali normalnya detak jantung bayi setelah kontraksi.
c.
Kondisi ibu, yaitu
Tingkat Tenaga , Keadaan dehidrasi dan
lain – lain
Tabel 2.6
Hubungan Kemajuan Persalinan Dengan
Kondisi Ibu dan Janin
Kemajuan Persalinan Tenaga
|
Kondisi Ibu Pasien
|
Kondisi Janin Penumpang
|
Usaha
mengedan
Palpasi
kontraksi uterus:
(kontrol
tiap 10 menit)
a.
Frekuensi
b.
Lamanya
c.
Kekuatan
|
Periksa
nadi dan tekanan darah setiap 30 menit.
Respon
keseluruhan pada kala II
a. Keadaan
dehidrasi
b. Perubahan
sikap/prilaku
c. Tingkat
tenaga
(yang dimiliki)
|
Periksa
detak jantung janin setiap 15 menit atau lebih sering dilakukan dengan makin
dekatnya kelahiran.
Penurunan
presentasi dan perubahan posisi
Warna
cairan tertentu.
|
Sumber : Saifuddin, AB ,2009. Buku
Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, halaman 111.
c.
Diagnosis Persalinan Kala II
Persalinan
kala II ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan
pembukaan sudah lengkap atau kepala sudah terlihat 5-6 cm di Vulva.
.Tabel 2.7
Diagnosis Pada Kala II
Kategori
|
Keterangan
|
Kala
II berjalan dengan baik.
|
Ada
kemajuan penurunan kepala bayi.
|
Kondisi
kegawatdaruratan pada kala II
|
Kondisi
kegawatdaruratan membutuhkan perubahan dalam penatalaksanaan atau tindakan
segera. Contoh kondisi tersebut termasuk: eklampsia, kegawatdaruratan bayi,
penurunan kepala terhenti, kelelahan ibu.
|
Sumber : Saifuddin, AB., 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, halaman 111.
III.
Kala III : Dimulai segera setelah
bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30
menit.
a. Perubahan Fisiologi Kala III
Persalinan
Pada kala tiga
persalinan, otot uterus (miometrium)
berkontraksi mengikuti berkurangnya ukuran rongga uterus secara tiba-tiba
setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran
tempat perlekatan plasenta. Karena tempat perlekatan menjadi semakin kecil,
sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan terlipat, menebal
dan kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun ke
bagian bawah uterus atau ke dalam vagina
(Eka dan Kurnia, 2014).
Tanda-tanda Pelepasan Plasenta
1) Perubahan bentuk dan
tinggi fundus.
Setelah bayi lahir dan
sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh dan tinggi
fundus biasanya dibawah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan plasenta
terdorong kebawah, uterus berbentuk segitiga atau seperti buah pear atau
alpukat dan fundus berada di atas pusat.
2) Tali pusat memanjang.
3) Semburan darah mendadak
dan singkat.
Darah yang terkumpul di
belakang plasenta akan membantu mendorong plasenta keluar di bantu oleh gaya
gravitasi. Apabila kumpulan darah (retroplasental pooling) dalam ruang
diantara dinding uterus dan permukaan dalam plasenta melebihi kapasitas
tampungannya maka darah tersembur keluar dari tepi plasenta yang terlepas.
Tanda ini kadang-kadang terlihat dalam waktu satu menit setelah bayi lahir dan
biasanya dalam 5 menit. Penyebab terpisahnya plasenta dari dinding uterus
adalah kontraksi uterus (spontan atau dengan stimulus) setelah kala dua
selesai. Berat plasenta mempermudah terlepasnya selaput ketuban, yang terkelupas
dan dikeluarkan. Tempat perlekatan plasenta menentukan kecepatan pemisahan dan
metode ekspulsi plasenta. Selaput
ketuban dikeluarkan dengan penonjolan bagian ibu atau bagian janin (Eka dan
Kurnia, 2014).
b.
Manajemen Aktif Kala II
Menurut Saifuddin, 2014 Penatalakasanaan
aktif pada kala III (Pengeluaran aktif plasenta) Membantu menghindarkan
terjadinya perdarahan pascapersalinan.
Penatalaksanaan aktif kala II Meliputi :
1) Pemberian Oksitoksin dengan Segera
2) Pengendalian Tarikan pada tulis pusat, dan
3) Pemijatan uterus segera setelah plasenta
lahir.
1. Pengkajian awal/segera Persalinan
Kala III
a.
Palpasi uterus untuk
menentukan apakah ada bayi yang kedua:
jika ada, tunggu sampai bayi kedua lahir.
b.
Menilai apakah bayi
baru lahir dalam keadaan stabil, jika tidak, rawat bayi segera.
2. Diagnosis Persalinan Kala III
Tabel 2.8
Diagnosis Pada Kala III
Kategori
|
Deskripsi
|
Kehamilan
dengan janin normal tunggal
|
1.
Persalianan spontan melalui vagina pada bayi tunggal, cukup
bulan.
|
Bayi
normal
|
1.
Tidak ada tanda-tanda kesulitan
pernafasan
2.
Apgar >7 pada menit ke 5
3.
Tanda-tanda vital stabil
4.
Berat badan
|
Sumber : Saifuddin A B , 2009. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, halaman 115
IV.
Kala IV : Dimulai dari saat lahirnya
palsenta sampai 2 jam postpartum.
a. Perubahan Fisiologi Kala IV
Segera
setelah kelahiran plasenta, sejumlah perubahan maternal terjadi pada saat stres fisik dan emosional akibat
persalinan dan kelahiran mereda dan ibu memasuki penyembuhan pascapartum dan bonding (ikatan). Pada saat ini bidan harus memfasilitasi fase taking in dan memastikan kemampuan ibu
berpartisipasi adalah langkah-langkah vital dalam proses bonding. Pada periode ini bidan harus mengkaji setiap perubahan-perubahan
yang terjadi pada ibu, sebagai tanda-tanda vital, uterus, serviks, vagina dan
perineum (Eka dan Kurnia, 2014).
Banyak perubahan fisiologis yang terjadi
selama persalinan dan pelahiran kembali ke level pra-persalinan dan menjadi stabil selama satu jam pertama
pascapartus. Manifestasi fisiologis lain yang terlihat selama periode ini,
muncul akibat atau terjadi setelah stress persalinan (Eka dan Kurnia, 2014).
1) Tanda Vital
Tekanan darah, nadi, dan pernapasan,
harus menjadi stabil pada level pra-persalinan selama jam pertama pascapartus, pemantauan tekanan darah,
dan nadi yang rutin selama interval ini adalah satu sarana mendeteksi syok akibat kehilangan darah berlebihan.
Suhu ibu berlanjut sedikit meningkat, tetapi biasanya dibawah 38°C (Eka dan
Kurnia, 2014).
2)
Serviks, vagina dan perineum
Serviks, vagina perineum di inspeksi
apakah ada laserasi, memar dan
pembentukan hematoma awal. Karena
pemeriksaan ini menyakitkan, maka hanya dilakukan ketika ada indikasi (Eka dan
Kurnia, 2014).
3) Gemetar
Umum bagi wanita mengalami tremor selama kala empat persalinan.
Gemetar seperti itu dianggap normal jika tidak disertai demam lebih dari 38°C
atau tanda-tanda infeksi lain. Respon ini dapat diakibatkan hilangnya
ketegangan dan sejumlah energi saat melahirkan. Respon fisiologis terhadap
penurunan volume intra abdomen dan
pergeseran hematologic juga memainkan
peranan (Eka dan Kurnia, 2014).
4) Sistem Gatrointestinal
Mual dan muntah, jika ada selama
persalinan, harus diatasi. Banyak ibu yang melaporkan haus dan lapar segera
setelah melahirkan. (Eka dan Kurnia, 2014)
5)
Sistem Renal
Mempertahankan kandung kemih harus tetap
kosong guna mencegah uterus berubah posisi dan atoni. Uterus yang berkontraksi dengan buruk meningkatkan
perdarahan dan keparahan nyeri. (Eka dan Kurnia 2014)
b.
Evaluasi
Tindakan
pertama bidan setelah kelahiran plasenta adalah mengevaluasi konsistensi uterus
dan melakukan massase uterus sesuai kebutuhan untuk memperkuat kontraksi.
Perlunya ketersediaan orang kedua untuk memantau konsistensi uterus dan aliran lochia
serta membantu massase uterus. Jika ibu
bermaksud menyusui dan menempatkan bayi pada dada dapat menstimulasi kontraksi
uterus dan meningkatkan tonus yang kuat.
Kebanyakan uterus yang sehat dapat
berkontraksi dengan sendirinya. Uterus yang berkontraksi normal harus keras
ketika disentuh (Eka dan Kurnia, 2014)
c.
Pemeriksaan Serviks, Vagina dan Perineum
Setelah bayi lahir, vagina akan
mengalami peregangan, oleh kemungkinan edema
dan lecet. Introitus vagina juga
akan tampak terluka dan terbuka. Sedangkan vulva bisa berwarna merah, bengkak
dan mengalami lecet-lecet.
Segera setelah kelahiran bayi, serviks
dan vagina harus diperiksa secara menyeluruh untuk mencari ada tidaknya laserasi dan dilakukan perbaikan lewat
pembedahan kalau diperlukan.
Setelah kelahiran plasenta, perhatian
atau arahan harus ditujukan pada setiap perdarahan rahim yang mungkin berasal
dari tempat implantasi plasenta (Eka
dan Kurnia, 2014).
Laserasi
dapat dikategorikan dalam :
1. Derajat
pertama : laserasi mengenai mukosa dan kulit perineum,
2. Derajat
kedua : laserasi mengenai mukosa
vagina, kulit dan jaringan perineum (perlu dijahit).
3. Derajat
ketiga : laserasi mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan perineum,
dan sfingter ani.
4. Derajat
empat : laserasi mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan perineum,
dan sfingter ani yang meluas hingga
ke rectum rujuk segera (Eka dan
Kurnia, 2014)
d.
Pemantauan Pada Persalinan Kala IV
Masa postpartum merupakan saat
paling kritis untuk mencegah kematian ibu, terutama kematian disebabkan karena
perdarahan. Selama kala IV, petugas harus memantau ibu setiap 15 menit pada jam
pertama setelah kelahiran plasenta, dan setiap 30 menit pada jam kedua setelah
persalinan.
2.2.2.
Asuhan Persalinan
Tujuan asuhan
persalinan normal adalah menjaga kelangsungan hidup dan memberikan derajat
kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya yang
terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi
yang seminimal mungkin.
Lima Benang merah dalam asuhan
Persalinan dan Kelahiran bayi :
1.
Membuat Keputusan Klinik.
2.
Asuhan sayang ibu dan sayang bayi.
3.
Pencegahan infeksi.
4.
Pencatatan (Rekam medic) asuhan
persalinan.
5.
Rujukan.
A. Asuhan Persalinan Pada Kala I (Nurjasmi,
E.dkk, 2016)
I. Berikan dukungan dan dengarkan keluhan ibu
II. Jika ibu tampak
gelisah/kesakitan
1. Biarkan ibu berganti posisi sesuai keinginan,
tapi jika di tempat tidur saran untuk miring kiri
2. Biarkan
ibu berjalan atau beraktivitas ringan sesuai kesanggupannya
3. Anjurkan suami atau keluarga memijat punggung
atau membasuh muka ibu
4. Ajarin ibu teknik bernafasan
III.
Jaga privasi ibu, gunaka tirai penutup dan tidak menghadirkan orang tanpa
Seizin ibu
IV. Beri minum yang
cukup untuk menghindari dehidrasi
V. Sarakan ibu kencing sesering mungkin
B. Asuhan persalinan kala II (Nurjasmi, E.dkk, 2016)
I. Mengenali Tanda dan
Gejala Kala II (Dua)
1. Mendengar dan melihat tanda Kala Dua
persalinan
a. Ibu
merasa ada dorongan kuat dan meneran.
b. Ibu
merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan vagina.
c. Perineum
tampak menonjol.
d. Vulva
dan sfingter ani membuka
II.
Menyiapkan Pertolongan Persalinan
2. Pastikan kelengkapan
peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong persalinan dan
menatalaksana komplikasi segera pada ibu dan bayi baru lahir.
Untuk asuhan bayi baru
lahir atau resusitasi, siapkan :
a.
Tempat datar,
rata,bersih, kering dan hangat,
b.
3 handuk/kain bersih
dan kering (termasuk ganjal bahu bayi),
c.
Alat penghisap lendir,
d.
Lampu sorot 60 Watt
dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi.
Untuk
ibu :
a. Menggelar
kain di perut bawah ibu
b. Menyiapkan
oksitosin 10 unit
c. Alat
suntik steril sekali pakai di dalam partus set.
3. Pakai celemek plastik atau dari bahan yang tidak
tembus cairan.
4. Melepaskan dan menyimpan seluruh perhiasan yang
di pakai, cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan
tangan dengan tissue atau handuk
pribadi yang bersih dan kering.
5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan
digunakan untuk periksa dalam.
6. Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan
tangan yang memakai sarung tangan DTT atau sterill dan pastikan tidak terjadi
kontaminasi pada alat suntik).
III.
Memastikan Pembukaan Lengkap dan Keadaan Janin
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya
dengan hati-hati dari anterior
(depan) ke posterior (belakang)
menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air DTT
a. Jika
introitus vagina, perineum atau anus
terkontaminasi tinja, bersihkan dengan seksama dari arah depan ke belakang
b. Buang
kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia.
c. Jika
terkontaminasi, lakukan dekontaminasi, lepaskan dan rendam sarung tangan
tersebut dalam larutan klorin 0,5% selanjutnya langkah ke 9. Pakai sarung
tangan DTT/Steril untuk melaksanakan langkah lanjutan
8. Lakukan periksa dalam untuk memastikan
pembukaan lengkap.
a.
Bila selaput ketuban
masih utuh saat pembukaan sudah lengkap maka lakukan amniotomi
9. Dekontaminasi sarung tangan (celupkan tangan yang
masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, lepaskan sarung tangan
dalam keadaan terbalik, dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit).
Cuci ke dua tangan setelah sarung tangan di lepaskan. Tutup kembali partus set.
10. Periksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah
kontraksi uterus mereda (relaksasi)
untuk memastikan DJJ masih dalam batas normal (120-160x/ menit)
a.
Mengambil tindakan yang
sesuai jika DJJ tidak normal
b.
Mendokumentasikan
hasil-hasil periksa dalam, DJJ, semua temuan pemeriksaan dan asuhan yang
diberikan ke dalam partograf.
IV. Menyiapkan Ibu dan
Keluarga untuk Membantu Proses Meneran
11. Beritahukan
pada ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin cukup baik, kemudian
bantu ibu menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya.
a. Tunggu
timbul kontraksi atau rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi dan
kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan
dokementasikan semua temuan yang ada
b. Jelaskan
pada anggota keluarga tentang peran mereka untuk mendukung dan memberi semangat
pada ibu dan meneran secara benar
12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi
meneran jika ada rasa ingin meneran atau kontraksi yang kuat. Pada kondisi itu,
ibu di posisikan setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dann pastikan
ibu merasa nyaman.
13. Laksanakan bimbingan meneran
pada saat ibu merasa ingin meneran atau timbul kontraksi yang kuat :
a. Bimbing
ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif
b. Dukung
dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran apabila caranya
tidak sesuai
c. Bantu
mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihanya (kecuali posisi berbaring
terlentang dalam waktu yang lama)
d. Anjurkan
ibu untuk beristirahat di antara kontraksi
e. Anjurkan
keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu
f. Menilai
DJJ setiap kontraksi uterus selesai
g. Segera
rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah pembukaan lengkap
dan dipimpin meneran > 120 menit (2 jam) pada primigravida atau >
60 menit (1 jam) pada multigravida
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau
mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran
dalam selang waktu 60 menit
V. Persiapan untuk
Melahirkan Bayi
15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi)
di perut bawah ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm
16. Letakkan kain
bersih yang dilipat 1/3 bagian sebagai alas bokong ibu
17. Buka tutup partus
set dan periksa kembali kelengkapan peralatan dan bahan
18. Pakai sarung tangan
DTT/Steril pada kedua tangan
VI. Pertolongan untuk
Melahirkan Bayi
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6
cm membuka vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan yang di lapisi
dengan kain bersih dan kering, tangan yang lain menahan belakang kepala untuk
mempertahankan posisi fleksi dan membantu lahir nya kepala. Anjurkan ibu
meneran secara efektif atau bernafas cepat dan dangkal.
20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat
(ambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi), segera lanjutkan proses
kelahiran bayi. Perhatikan
a.
Jika
tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lilitan lewat bagian atas
kepala bayi.
b.
Jika
tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan potong
tali pusat di antara dua klem tersebut.
21. Setelah kepala lahir, tunggu putaran paksi luar
yang berlangsung secara spontan
Lahirnya Bahu
Setelah putaran paksi
luar selesai, pegang kepala bayi secara biparental.
Anjurkan ibu meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala
22. kearah
bawah dan distal hingga bahu depan
mucul di bawah arkus pubis dan
kemudian gerakkan ke arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang
Lahirnya
Badan dan Tungkai.
23. Setelah kedua bahu lahir, satu tangan menyangga
kepala dan bahu belakang, tangan yang lain menelusuri dan memegang lengan dan
siku bayi sebelah atas.
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran atas
berlanjut ke punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang ke dua mata kaki
(masukkan telunjuk diantara ke dua kaki dan pegang ke dua kaki dengan
melingkarkan ibu jari pada satu sisi dan jari-jari lainnya pada sisi yang lain
agar bertemu dengan jari telunjuk)
C. Asuhan Kala III (Mak III) (Nurjasmi,
E.dkk, 2016)
1. Dalam Waktu Kurang dari 1 menit setelah kelahiran
bayi, memberikan suntikan Oksitoksin 10 unit IM di 1/3 Paha kanan atas ibu
bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.
2. Melakukan Penegangan
Tali Pusat Terkendali
a. Memindahkan klem pada tali pusat sekitar 5 – 10
cm dari vulva.
b. Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada di
perut ibu, tepat diatas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk
melakukan palpasi kontraksi uterus . memegang tali pusat dan klem dengan tangan
yang lain.
c. Menunggu Uterus Berkontraksi.
d. Kemudian tangan lain yang memegang klem di tali
pusat melakukan penegangan kearah bawah pada tali pusat dengan lembut tanpa
menariknya, tangan kiri melakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian
bawah uterus dengan cara menekan kea rah atas dan belakang (dorso-kranial) dengan hati – hati untuk
mencegah terjadi inversio uteri. Jika
tali pusat tidak lahir setelah 30-40 detik , hentikan peregangan tali pusat dan
menunggu hingga kontraksi berikutnya.
3. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk
meneran sambil menarik tali pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas,
mengikuti kurve jalan lahir sambil tetap meneruskan tekanan berlawanan arah
pada uterus.
4. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem
hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
5. Jika tali pusat tidak lepas setelah melakukan
penegangan tali pusat selama 15 menit
a. Mengulangi Pemberian oksitoksin 10 unit IM
b.Menilai kandung kemih dan melakukan katerisasi kandung kemih dengan
menggunakan teknik aseptik jika perlu.
c. Meminta Keluarga untuk menyiapkan rujukan.
d. Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit
berikutnya.
e. Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu
30 menit sejak kelahiran bayi.
6. Jika plasenta terlihat di introitus vagina,
melanjutkan kelahiran plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Memegang
plasenta dengan kedua tangan dan dengan hati – hati memutar plasenta hingga
selaput ketuban terpilin . dengan lembut dan perlahan melahirkan selaput
ketuban tersebut.
7. Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan
disinfeksi tingkat tinggi atau steril dan memeriksa vagina dan serviks ibu
dengan seksama. Menggunakan jari – jari tangan atau klem atau forsep desinfeksi
tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan bagian selaput yang tertinggal.
8. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban
lahir, melakukan mesase uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan
melakukan mesase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus
berkontraksi (Fundus Menjadi Keras).
D. Asuhan dan Pemantauan kala IV
1. Lakukan Mesase uterus dan pantau kontraksi,
tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih dan darah yang keluar setiap
15 menit selama satu jam pertama dan setiap 30 menit selama satu jam kedua.
Jika ada temuan tidak normal, tingkatkan observasi persalinan kondisi ibu.
2. Ajarkan ibu dan keluarga bagaimana menilai
kontraksi uterus dan jumlah darah yang keluar serta melakukan mesase uterus jika uterus menjadi
lembek.
3. Minta anggota keluarga untuk memeluk bayi.
Bersihkan dan bantu ibu mengenakan baju atau sarung yang bersih dan kering,
atur posisi agar nyaman. Anjurkan ibu untuk memberikan ASI kepada bayi.
4. Jangan gunakan gurita atau beban perut selama 2
(dua) jam pertama pasca persalinan
5. Jika kandung kemih penuh bantu ibu untuk
mengosongkan kandung kemihnya. Jika ibu tidak dapat berkemih bantu ibu dengan
cara menyiram air hangat ke perineumnya. Jika setelah berbagai upaya dilakukan,
ibu tetap tidak bisa berkemih secara spontan, mungkin perlu dilakukan katerisasi dengan teknik aseptic.
2.3.
Nifas
2.3.1. Konsep Dasar
Masa Nifas
A. Pengertian Nifas
Masa Nifas adalah masa
yang dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah
melahirkan. Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika
alat – alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung
kira – kira 6 minggu. Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera
setelah kelahiran bayi yang meliputi minggu – minggu berikutnya pada waktu
saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal (Marmi, 2015).
B.
Fisiologi Nifas
Ibu dalam masa nifas
mengalami perubahan fisiologis. Setelah keluarnya plasenta, kadar HCG (human chorionic gonadotropin), human plasental lactogen, estrogen dan progesteron menurun. Human
plasental lactogen akan menghilang dari peredaran darah ibu dalam 2 hari
dan HCG dalam 2 minggu setelah
melahirkan. Kadar estrogen dan
progesteron hampir sama dengan kadar
yang ditemukan pada fase folikuler dari
siklus menstruasi berturut-turut sekitar 3 dan 7 hari. Penarikan polipeptida dan hormon steroid ini
mengubah fungsi seluruh sistem sehingga efek kehamilan berbalik dan wanita
dianggap sedang tidak hamil (Vivian dan Sunarsih, 2011).
Perubahan-perubahan
yang terjadi yaitu:
1. Sistem Kardiovaskuler
Denyut jantung, volume
dan curah jantung meningkat
segera setelah melahirkan karena terhentinya aliran darah ke plasenta yang mengakibatkan
beban jantung meningkat yang dapat diatasi dengan haemokonsentrasi sampai volume darah kembali normal, dan pembuluh
darah kembali ke ukuran semula.
Perubahan
volume darah tergantung pada beberapa variabel. Contohnya kehilangan darah selama persalinan, mobilisasi dan pengeluaran cairan ekstravaskuler (Vivian dan Sunarsih, 2011).
2. Sistem Haematologi
Hari
pertama masa nifas kadar fibrinogen
plasma sedikit menurun, tetapi darah lebih kental dengan peningkatan viskositas sehingga meningkatkan
pembekuan darah. Masa nifas bukan masa penghancuran sel darah merah tetapi
tambahan-tambahan akan menghilang secara perlahan sesuai dengan waktu hidup sel
darah merah. Pada keadaan tidak ada komplikasi, keadaan haematokrit dan haemoglobin
akan kembali pada keadaan normal seperti sebelum hamil dalam 4-5 minggu postpartum (Vivian dan Sunarsih, 2011).
3. Sistem Reproduksi
a. Uterus
Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehinga akhirnya kembali
sepeeti sebelum hamil.
1) Bayi
lahir fundus uteri setinggi pusat dengan berat uterus 1000 gr.
2) Akhir
kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari bawah pusat dengan berat
uterus 750 gr.
3) Satu
minggu potspartum tinggi uterus
teraba pertengahan pusat simpisis dengan berat uterus 500 gr.
4) Dua
minggu potspartum tinggi fundus uteri
uterus tidak teraba di atas simpisis
dengan berat uterus 350 gr.
5) Enam
minggu potspartum fundus uteri
bertambah kecil dengan berat uterus 50 gr.
b. Lochea
Lochea
adalah sekret yang berasal dari cavum uteri dari vagina dari masa nifas.
Macam-macam lochea:
1) Loche rubra
(cruenta): berisi darah segar dan
sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua,
verniks kaseosa, lanugo
dan mekonium, selama 2 hari potspartum.
2) Lochea sanguilenta
: berwarna kuning berisi darah dan lendir, hari 3-7 postpartum.
3) Lochea serosa
: berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 postpartum.
4) Lochea alba
: cairan putih, setelah 2 minggu.
5) Lochea purulenta
: terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
6) Locheastasis
: lochea tidak lancar keluarnya.
(Vivian dan Sunarsih, 2011).
c. Serviks
Serviks
mengalami involusi bersama-sama
uterus. Setelah persalinan, ostium
eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tangan, setelah 6 minggu
persalinan serviks menutup (Vivian dan Sunarsih, 2011).
d.
Vulva dan Vagina
Vulva dan vagina
mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan
bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini
tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali
kepada keadaan tidak hamil dan rugae
dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia
menjadi lebih menonjol (Vivian dan Sunarsih, 2011).
e. Perineum
Segera setelah
melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan
kepala bayi yang bergerak maju. Pada postnatal
hari ke 5, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun
tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum melahirkan (Vivian dan Sunarsih,
2011).
f. Payudara
Kadar prolaktin yang disekresi oleh kelenjar hypofisis anterior meningkat secara stabil
selama kehamilan, tetapi hormon plasenta menghambat produksi ASI. Setelah
kelahiran lasenta, konsentrasi estrogen
dan progesteron menurun, prolaktin
dilepaskan dan sintesis ASI dimulai. Suplai darah ke payudara meningkat dan
menyebabkan pembengkakan vascular sementara. Air susu, saat diproduksi,
disimpan di alveoli dan harus dikeluarkan dengan efektif dengan cara diisap
oleh bayi untuk pengadaan dan keberlangsungan laktasi.
Pelepasan oksitosin dari kelenjar hipofisis posterior distimulasi oleh
isapan bayi. Hal ini menyebabkan kontraksi sel-sel miopitel di dalam payudara
dan pengeluaran ASI. Oksitosin juga menstimulasi kontraksi miometrium pada uterus, yang biasanya dilaporkan wanita sebagai afterpain (nyeri kontraksi uterus
setelah melahirkan).
ASI yang dapat dihasilkan oleh ibu setiap
harinya ±150-300 ml. Asi yang pertama kali muncul pada awal nifas adalah ASI
yang berwarna kekuningan yang biasa dikenal dengan kolostrum. Kolostrum sebenarnya
telah terbentuk di dalam tubuh ibu pada usia kehamilan ± 12 minggu. Dan
kolostrum merupakan ASI pertama yang sangat baik untuk diberikan karena banyak
sekali manfaatnya, kolostrum ini menjadi imun bagi bayi karena mengandung sel
darah putih.
Jadi, perubahan pada
payudara dapat meliputi :
1. Penurunan
kadar progesteron secara tepat dengan
peningkatan hormon prolaktin setelah
persalinan.
2. Kolostrum
sudah ada saat persalinan produksi ASI terjadi pada hari ke 2 atau ke 3 setelah
persalinan.
3.
Payudara menjadi besar
dan keras sebagai tanda mulainya proses laktasi (Vivian dan Sunarsih, 2011).
4. Sistem Perkemihan
Buang air kecil sering
sulit selama 24 jam pertama. Kemungkinan terdapat spasine sfingter dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini
mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan.
Urine dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan.
Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen
yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan ini
menyebabkan diuresis. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal
dalam tempo 6 minggu (Vivian dan Sunarsih, 2011).
5.
Sistem
Gastrointestinal
Kerap kali diperlukan waktu 3-4
hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan, namun asupan makanan juga
mengalami penurunan selama satu atau dua hari, gerak tubuh berkurang dan usus
bagian bawah sering kosong jika sebelum melahirkan diberikan enema. Rasa sakit didaerah perineum
dapat menghalangi keinginan ke belakang
(Vivian dan Sunarsih, 2011).
6. Sistem Endokrin
Kadar
estrogen menurun 10% dalam waktu
sekitar 3 jam postpartum. Progesteron turun pada hari ke 3
postpartum. Kadar prolaktin dalam darah berangsur-angsur hilang (Vivian dan
Sunarsih, 2011).
7. Sistem Muskuloskletal
Ambulasi
pada umumnya dimulai 4-8 jam postpartum.
Ambulasi dini sangat membantu untuk
mencegah komplikasi dan mempercepat proses involusi (Vivian dan Sunarsih,
2011).
8. Sistem Integumen
a.
Penurunan melanin
umumnya setelah persalinan menyebabkan berkurangnya hyperpigmentasi kulit.
b.
Perubahan pembuluh
darah yang tampak pada kulit karena kehamilan dan akan menghilang pada saat estrogen menurun (Vivian dan Sunarsih,
2011).
2.3.2.
Asuhan Pada Masa Nifas.
Program dan kebijakan teknis paling sedikit
dilakukan 4 kali kunjungan. Kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai
keadaan ibu dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah,mendeteksi dan menangani
masalah – masalah yang terjadi.
a. Nutrisi.
Menurut Sulistiyawati, 2010 Pemenuhan gizi pada ibu masa nifas, antara
lain
1. Mengkonsumsi tambahan kalori tiap
hari sebanyak 500 kkal.
2. Makan dengan diet seimbang, cukup
protein, mineral dan vitamin.
3. Minum sedikitnya 3 liter setiap hari,
terutama setelah menyusui.
4. Mengkonsumsi tablet zat besi selama
masa nifas.
5. Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar dapat
memberikan vitamin A kepada bayinya melelaui ASI.
b. Ambulasi Dini
Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing
pasien keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya berjalan.
Adapun keuntungan dari ambulasi dini, antara lain :
1. Penderita merasa lebih sehat dan
lebih kuat.
2. Faal usus dan kandung kemih menjadi
lebih baik.
3. Memungkinkan bidan untuk memberikan bimbingan
kepada ibu mengenai cara merawat bayinya.
4. Lebih sesuai dengan keadaan Indonesia.
c. Eliminasi, Buang Air kecil dan Besar.
Dalam 6 jam pertama postpartum,
ibu sudah harus dapat buang air kecil. Semakin lama urine tertahan dalam
kandung kemih maka dapat mengakibatkan kesulitan pada organ perkemihan,
misalnya : infeksi. Dan 24 jam pertama, pasien juga harus sudah dapat buang air
besar karena semakin lama feses tertahan dalam usus maka akan semakin sulit
baginya untuk buang air besar secara lancer. Feses yang tertahan di usus makin
lama akan mengeras karena cairan yang terkandung dalam feses akan terserap oleh
usus. Bidan harus dapat meyakinkan pasien untuk tidak takut buang air besar dan
kecil.
Bila ibu mengalami sulit berkemih sebaiknya dilakukan toilet training untuk BAK. BAB tertunda
2-3 hari postpartum dianggap fisiologis.
d. Kebersihan diri
Mengganti pembalut setiap kali darah penuh atau minimal 2 kali dalam
sehari, jika mempunyai luka episiotomy, hindari
untuk menyentuh daerah luka. Bersihkan daerah kemaluan dengan sabun dan air.
Bersihkan daerah kemaluan dari vulva terlebih dahulu, dari depan dan kebelakang
lalu kemudian bersihkan daerah anus. Mencuci tangan dengan sabun dan air setiap
kali ia selesai membersihkan daerah kemaluannya.
e. Istirahat
Kebutuhan istirahat bagi ibu menyusui minimal 8 jam sehari, yang dapat
dipenuhi dengan istirahat siang dan malam.
Bila Istirahat Kurang akan mempengaruhi
Ibu :
1. Mengurangi Jumlah ASI yang di
produksi.
2. Memperlambat proses involusio uterus dan memperbanyak
perdarahan.
3. Menyebabkan depresi dan rasa ketidakmampuan
merawat bayi.
f. Seksual
Secara fisik aman untuk melakukan hubungan seksual begitu darah merah
berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa
rasa nyeri.
g. Latihan Senam Nifas
Untuk mencapai hasil pemulihan otot yang maksimal, sebaiknya lakukan
latihan senam nifas seawal mungkin dengan catatan ibu menjalani persalinan
normal dan tidak ada penyulit postpartum.
Tabel. 2.9.
Fruekuensi Kunjungan Masa Nifas
Kunjungan
|
Waktu
|
Tujuan
|
1
|
6 – 8 jam setelah
Persalinan
|
1. Mencegah perdarahan
masa nifas karena atonia uteri.
2. Mendeteksi dan merawat
penyebab lain perdarahan : rujuk jika perdarahan berlanjut.
3. Memberikan konseling
pada ibu atau salah satu anggotanya bagaimana cara mencegah perdarahan masa
nifas karena atonia uteri.
4. Pemberian ASI awal.
5. Melakukan Hubungan
antara ibu dan bayi baru lahir.
6. Menjaga bayi tetap
sehat dengan cara mencegah hipotermia.
7. Jika petugas kesehatan
menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam
pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil.
|
2
|
6 hari setelah
persalinan.
|
1. Memastikan involusio uterus berjalan dengan
normal, uterus berkontraksi, fundus
di bawah umbilicus, tidak ada
perdarahan abnormal, tidak ada bau.
2. Menilai ada tanda –
tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
3. Memastikan ibu mendapat
cukup makanan, cairan dan istirahat.
4. Memastikan ibu menyusui
dengan baik dan tak memperlihatikan tanda – tanda penyulit.
5. Memberikan konseling pada
ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dam
merawat bayi sehari – hari.
|
3
|
2 Minggu setelah
persalinan
|
Sama
seperti diatas (6 hari setelah persalinan)
|
4
|
6 Minggu setelah
persalinan
|
1. Menanyakan
pada ibu tentang penyulit – penyulit yang ia atau bayi alami
2.
Memberikan konseling untuk KB secara dini.
|
Sumber : Saifuddin, 2014.
Kunjungan Masa Nifas, Pelayanan Maternal dan Neonatal, Jakarta, halaman N23.
Kunjungan Masa Nifas
sangat penting dilakukan, karena penyebab kematian kamatian ibu salah satunya
karena Perdarahan Postpartum.
2.4. Bayi Baru Lahir.
2.4.1. Konsep Dasar
Bayi Baru Lahir.
A. Pengertian Bayi Baru
Lahir.
Neonatus normal adalah
neonatus yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat badan
lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram (Maryanti D., Sujianti.,Budiarti.T., 2011).
Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir
dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat,pada usia
kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu dengan berat barat 2500-4000
gram,nilai apgar >7 dan tanpa cacat bawaan (Rukiyah A Y , dkk 2012).
B. Fisiologi Bayi Baru
Lahir
Ciri-ciri
bayi normal (Maryanti.D., Sujianti.,Budiarti.T., 2011) yaitu:
1. Berat Badan 2500-4000 gram
2. Panjang badan lahir 48-52 cm
3. Lingkar dada 30-38 cm
4. Lingkar kepala 33-35 cm
5. Frekuensi jantung 180
denyut/menit,kemudian menurun sampai 120-140 denyut/menit.
6. Pernafasan ± 40 -60 kali/menit.
7. Kulit kemerah -merahan dan licin
karena jaringan sub kutan cukup.
8. Rambut
lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna.
9. Kuku
agak panjang dan lemas.
10. Genetalia.Perempuan labia mayora
sudah menutupi labia minora.Laki -laki testis sudah turun, skrotum sudah ada.
11. Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.
12. Reflek morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik.
13. Reflek graps atau menggenggam sudah baik.
14. Eliminasi baik, mekonium akan keluar
dalam 24 jam pertama, mekonium berwarna hitam kecoklatan.
C. Apgar Score
Merupakan alat untuk mengkaji kondisi bayi sesaat setelah
lahir meliputi 5 variabel (Pernafasan, Fruekuensi jantung, warna, tonus otot
dan iritabilitas reflek)
Dilakukan
Pada:
1. 1 menit
setelah kelahiran yaitu untuk memberi kesempatan pada bayi untuk memulai
perubahan
2. Menit ke – 5
3. Menit
Ke-10 memberikan indikasi morbiditas pada masa mendatang, nilai yang rendah
memberikan kondisi neurologis
Tabel2.10
Apgar
Score
Kriteria
|
Nilai
|
||
0
|
1
|
2
|
|
Denyut jantung
|
Tidak ada
|
Lambat <100
|
>100
|
Usaha bernafas
|
Tidak ada
|
Lambat tidak teratur
|
Menangis Kuat
|
Tonus otot
|
Lembek
|
Sebagian ekstremitas lemas
|
Bergerak aktif
|
Refleks
|
Tidak ada
|
Meringis
|
|
Warna kulit
|
Biru,pucat
|
Tubuh merah muda,kaki dan tangan biru
|
Seluruh tubuh merah muda
|
Sumber
: Maryanti.D., Sujianti.,Budiarti.T., 2011 .Buku ajar Neonatus, bayi dan balita.Jakarta
: Trans Info media. Halaman 35
2.4.2.
Asuhan Segera Bayi Baru lahir Normal
Menurut
Buku Acuan Midwifery Care, 2016 jika
bayi menangis atau bernapas saat lahir, Fasilitasi IMD dan selanjutnya rawat
gabung bayi dengan ibu. Jika kondisi ibu tidak baik, meminta asisten untuk
merawat/membantu bayi. Lanjutkan dengan perawatan segera pada bayi baru lahir
normal.
1. Setelah Pengeringan, mengganti handuk
basah dengan handuk kering. Tempatkan bayi dalam kontak kulit-ke-kulit pada
perut ibu dan tutup dengan selimut hangat, bersih, handuk kering/kain.
2. Klem, potong dan ikat tali pusat
dengan dua ikatan. Periksa perdarahan dari tali pusat setiap 15 menit. Jika ada
perdarahan, ikat ulang kembali tali pusat lebih erat.
3. Periksa
pernapasan dan warna kulit setiap 5 menit.
4. Setelah
5 menit lakukan penilaian umum bayi dengan menggunakan skor apgar.
5. Pastikan bahwa
ruangan hangat untuk mencegah hipotermia,
lakukan kontak kilit-ke-kulit dengan ibunya. Mulai menyusui dan dorong ibunya
untuk menyusui sesering mungkin. Selimuti bayi dan ibu.
6.
Pertahankan suhu bayi, periksa kehangatan bayi setiap 15 menit sekali.
7. Memeriksa bayi dari
kepala sampai kaki untuk mencari apakah ada penyimpangan atau tidak, Namun
hindari mengekspos bayi terlalu banyak karena dapat menyebabkan kehilangan
panas. Dan jika terdapat penyimpangan lakukan tindakan segera, baik tindakan
mandiri, kolaborasi atau rujukan.
8. Timbang
bayi baru lahir dengan cepat, agar bayi tidak hipotermi.
9. Beri Vit
K 1 mg IM kepada bayi.
10. Bungkus
bayi dengan hangat. Pastikan kepala bayi tertutup.
11. Pastikan bahwa bayi
disusui, hal ini dilakukan untuk mencegah hipoglikemi
kepada bayi. Dan jangan beri makanan apapun kepada bayi kecuali ASI.
12. Periksa Mekonium
BAB Bayi dalam 24 jam pertama dan Urine dalam 48 jam pertama.
13. Catat semua temuan
yang di dapat pada catatan yang relevan, termasuk dalam buku KIA.
Kunjungan Ulang
Menurut Kemenkes, 20113 minimal tiga kali kunjungan ulang bayi
baru lahir.
1.
PadaUsia 6 – 48 jam (Kunjungan Neonatal I).
2.
Pada Usia 3 – 7 Hari (Kunjungan Neonatal II).
3.
Pada usia 8 – 28 Hari (Kunjungan Neonatal III).
Tabel. 2.11
Jadwal Kunjungan Neonatus
Kunjungan
|
Penatalaksanaan
|
Kunjungan
Neonatal ke-1
(KN1)
dilakukan dalam kurun waktu 6-48 jam setelah bayi lahir
|
1. Mempertahankan
suhu bayi, hindari memandikan hingga sedikitnya enam jam dan hanya setelah
itu jika tidak terjadi masalah medis dan jika suhunya 36,50C
bungkus bayi dengan kain yang kering dan hangat, kepala bayi harus tertutup
2. Pemeriksaan
fisik bayi
a. Mata : tanda-tanda infeksi
b. Telinga
: pemeriksaan dalam berhubungan dengan mata dan kepala
c.
Hidung dan
mulut : bibir dan langit-langit periksa adanya sumbing, refleks hisap (pada
saat menyusui)
d. Leher : pembengkakan
e. Dada : bentuk, putting, bunyi nafas, bunyi
jantung
f. Bahu lengan dan tangan : gerakan normal,
jumlah jari
g. Sistem saraf : refleks moro
h. Perut : bentuk, perdarahan tali pusat
i. Kelamin
laki-laki : testis berada dalam skrotum, lubang penis terletak diujung penis
j. Kelamin
perempua : vagina berlubang, uretra berlubang, labia minor dan labia mayor
k. Tungkai dan kaki : gerak normal, jumlah jari
l. Punggung dan anus : pembengkakan atau
cekungan, ada lubang anus/tidak
m. Kulit : verniks, warna, pembengkakan/bercak
hitam, tanda-tanda lahir
n. Konseling
: jaga kehangatan, pemberian ASI, perawatan talli pusat, agar ibu mengawasi
tanda-tanda bahaya
o. Tanda-tanda bahaya yang harus dikenali ibu :
pemberian ASI sulit, sulit menghisap/lemah hisapan, kesulitas bernafas yaitu
pernafasan cepat > 60 x/menit, letargi-bayi terus menerus tidur tanpa
bangun untuk makan, warna kulit abnormal-kulit biru (sianosis) atau kuning,
febris/hipotermi, tanda perilaku abnormal/tidak biasa, tidak BAB selama 3
hari, muntah terus-menerus, perut bengkak, tinja hijau tua dan darah
berlendir, mata bengkak/mengeluarkan cairan.
p. Lakukan
perawatan tali pusat. Pertahankan sisa tali pusat dalam keadaan terbuka agar
terkena udara dan dengan kain bersih secara longgar, lipatlah popok dibawah
tali pusat, jika tekena kotoran tinja, cuci dengan sabun dan air bersih dan
keringkan dengan benar.
q. Memberikan
imunisasi HB-0
|
Kunjungan
Neonatal ke-2 (KN2) hari ke-3 sampai hari ke-7 setelah bayi lahir
|
1. Menjaga
tali pusat dalam keadaan bersih dan kering
2. Menjaga
kebersihan bayi
3. Pemeriksaan
tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri, icterus, diare, berat badan
rendah dan masalah pemberian ASI
4. Memberikan
ASI bayi harus disusukan minimal 10-15 kali dalam 24 jam, dalam 2 minggu
pasca persalinan
5. Menjaga
keamanan bayi dan suhu tubuh bayi
6. Konseling
terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI eksklusif
7. Penanganan
dan rujukan kasus bila diperlukan
|
Kunjungan
Neonatal ke-3 (KN3) hari ke-8 sampai ke-28 setelah bayi lahir
|
1. Pemeriksaan
fisik
2. Menjaga
kebersihan bayi
3. Memberitahu
ibu tentang tanda-tanda bahaya bayi baru lahir
4. Memberikan
ASI bayi harus disusukan minimal 10-15 kali dalam 24 jam
5. Menjaga
keamanan bayi dan suhu tubuh bayi
6. Konseling
terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI eksklusif
7. Penanganan
dan rujukan kasus bila diperlukan
|
2.5. Keluarga Berencana.
2.5.1. Konsep Dasar Keluarga Berencana.
A. Pengertian Keluarga
Berencana.
Keluarga berencana merupakan usaha suami – istri untuk mengukur
jumlah dan jarak anak yang diinginkan. Usaha yang dimaksud termasuk kontrasepsi
atau pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga. Prinsip dasar metode
kontrasepsi adalah mencegah sperma laki – laki mencapai dan membuahi telur
wanita (Fertilisasi) atau mencegah
sel telur yang sudah dibuahi untuk berimplantasi (melekat) dan berkembang di
dalam rahim (Purwoastuti E dan Walyani E.S, 2015).
Menurut UU No 10 Tahun 1991 tentang perkembangan kependudukan dan
perkembangan keluarga sejahtera, Program KB adalah upaya peningkatan kepedulian
dan peran serta masyarakat melalui usia pendewasaan usia perkawinan, pengaturan
kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga
kecil, bahagia dan Sejahtera.
B.Kontrasepsi masa
Postpartum
Masa postpartum
merupakan masa yang cukup penting untuk memulai menggunakan kontrasepsi untuk
menjaga kesehatan wanita. Masa ovulasi
dapat terjadi secepatnya pada umur 25 hari postpartum
pada wanita yang tidak menyusui yang menjadi alasan kuat untuk menggunakan
kontrasepsi secepat mungkin (Purwoasti E dan Walyani E.S, 2015).
Terdapat beberapa pilihan
metode kontrasepsi yang dapat digunakan setelah persalinan karena tidak
mengganggu proses menyusui.
1. METODE AMENORE LAKTASI (MAL)
MAL dapat dipakai apabila :
1)
Ibu menyusui secara penuh dan sering.
2)
Ibu belum Haid
3)
Umur bayi kurang dari 6 Bulan
Catatan : Harus
Benar –benar ASI Eksklusif dan
Efektivitas berkurang jika mulai suplementasi.
2. KONTRASEPSI MANTAP (TUBEKTOMI)
Kontrasepsi Mantap
dapat digunakan untuk yang tidak ingin mempunyai anak lagi. Mekanisme Kerja
dengan menutup tuba fallopi (Mengikat dan memotong atau memasang cincin)
sehingga sperma tidak Bertemu dengan ovum (Kementerian Kesehatan
RI. 2013).
Waktu Pemasangan: Dapat dilakukan dalam 48 jam pascapersalinan,
jika tidak tunggu sampai 6 Minggu Pascapersalinan
Ciri – Ciri Khusus :
1)
Tidak ada pengaruh terhadap Laktasi
2)
Minilaparatomi
pascapersalinan paling mudah dilakukan dalam 48 jam pascapersalinan
Catatan : Perlu Anastesi
local dan konseling sudah dilakukan saat asuhan antenatal.
3. ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR)
Mekanisme kerja AKDR
dimasukkan kedalam uterus. AKDR menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba
fallopi, Mempengaruhi fertilitas ovum mencapai kavum uteri, Mencegah sperma dan
ovum bertemu, Mencegah Implantasi Telur dalam uterus (Kementerian
Kesehatan RI. 2013).
Waktu Pemasangan :
Tabel.
2.18.
Waktu Pemasangan AKDR
Waktu Pemasangan AKDR
|
Definisi
|
Angka Ekspulsi
|
Keterangan
|
Pascaplasenta
|
Dalam
10 menit setelah melhirkan plasenta
|
9,5
– 12,5 %
|
Ideal
: angka ekspulsi rendah
|
Segera
setelah persalinan (Immediate Postpartum)
|
Setelah
10 menit hingga 48 jam pascasalin
|
25-
37%
|
Masih
Aman
|
Pascasalin
Tertunda (Late Postpartum)
|
Setelah
48 jam – 4 minggu pascapersalinan
|
TIDAK
DIANJURKAN
|
Resiko
perforasi dan ekspulsi meningkat.
|
Interval
– Pascasalin Lanjutan (Extended Postpartum )
|
Setelah
4 minggu pascasalin
|
3
– 13 %
|
Aman
|
Sumber : Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan
dasar dan rujukan, 2013
Catatan : Pemasangan
dilakukan oleh tenaga terlatih khusus.
4. IMPLAN
Mekanisme kerja implant
menekan ovulasi, Mengentalkan lender serviks, Menjadikan selaput rahim tipis
dan atrofi, dan mengurangi
transportasi sperma, Implan di bawah kulit dapat bertahan 3 -7 tahun,
Tergantung Jenisnya (Kementerian Kesehatan RI. 2013).
Waktu Pemasangan :
1) Bila menyusui antara 6 minggu sampai 6 bulan
pascasalin, Pemasangan implant dapat dilakukan setiap saat tanpa kontrasepsi
lain bila menyusui Penuh.
2) Bila setelah 6 minggu Melahirkan dan telah terjadi haid,
pemasangan dapat dilakukan kapan saja tetapi tidak menggunakan kontrasepsi
lain.
Catatan : Implan Berisi Progestin dan Tidak mengganggu produksi
ASI.
5. SUNTIKAN PROGESTIN
Mekanisme kerja suntikan progestin mencegah ovulasi, Mengentalkan
lender serviks sehingga penetrasi sperma terganggu, Menghambat transportasi
gamet oleh tuba. Suntikan diberikan setiap 3 bulan sekali (Kementerian
Kesehatan RI. 2013).
Waktu Pemasangan :
1) Jika menggunakan MAL ,
Kontrasepsi dapat ditunda sampai 6 bulan.
2) Jika tidak menyusui
dapat segera dimulai.
3) Jika tidak menyusui
lebih dari 6 minggu pascapersalinan, atau sudah dapat haid, kontrasepsi
progestin dapat dimulai setelah yakin tidak ada kehamilan.
Catatan : Kontrasepsi
suntikan tidak menggangu produksi ASI.
6. MINIPIL
Mekanisme kerjanya
menekan sekresi gonadotropin dan
sintesis steroid seks di ovarium, Mengentalkan lender sekrviks sehingga
menghambat penetrasi sperma, Mengubah motalitas tuba sehingga transportasi sperma
terganggu (Kementerian Kesehatan RI. 2013).
C. Panduan Memilih Kontrasepsi
Prinsip pelayanan
kontrasepsi saat ini adalah memberikan kemandirian pada ibu dan pasangan untuk
memilih metode yang diinginkan. Pemberi
pelayanan berperan sebagai konselor dan fasilitator, sesuai langkah – langkah
di bawah ini :
1. Jalin Komunikasi yang baik dengan ibu.
2. Nilailah Kebutuhan dan kondisi Ibu.
3. Berikan Informasi mengenai pilihan metode
kontrasepsi yang dapat digunakan Ibu.
4. Bantu ibu menentukan Pilihan.
5. Jelaskan secara lengkap metode kontrasepsi yang
telah dipilih ibu.
6. Rujuk bila diperlukan.
2.5.2.
Asuhan Keluarga Berencana.
1. Konseling KB
Suatu Proses pemberian bantuan yang dilakukan sesorang kepada
orang lain dalam membuat suatu keputusan atau memecahkan masalah melalui
pemahaman tentang fakta – fakta dan perasaan – persaan yang terlibat di
dalamnya .
Teknik konseling
yang baik antara lain dengan memperlakukan klien dengan baik, memberi interaksi antara petugas dan ibu, memberikan informasi yang baik dan benar
kepada klien, menghindari
pemberian informasi yang berlebihan, membahas metode yang diinginkan klien dan membantu klien untuk mengerti dan mengingat.
Pesan
– pesan pokok penggunaan ABPK dalam konseling
1) Konseling
perlu dilengkapi dengan alat bantu pengambil keputusan berKB (ABPK).
2) Konseling
yang berpusat pada klien menjadi kunci terjadinya pelayanan KB yang berkualitas..
3) Konseling
yang baik akan meningatkan kualitas dan memuaskan provider, klien dan
masyarakat
4) Klien
yang puas akan memiliki sikap dan perilaku positif dalam menghadapi masalah –
masalah KB dan menjaga kesehatan reproduksinya dan berpotensi mempromosikan KB
diantara keluarga, teman dan anggota masyarakat.
Memberikan konseling, khususnya bagi calon klien KB yang baru, hendaknya
dapat diterapkan enam langkah yang dikenal dengan SATU TUJU.
SA : SApa
dan Salam Kepada klien secara terbuka dan sopan
T : Tanyakan
pada klien informasi tentang dirinya
U :Uraikan
kepada klien mengenai pilihannya dan beritahu apa pilihan reproduksi yang
paling mungkin, termasuk pilihan beberapa jenis kontrasepsi
TU :BanTUlah
Klien Menentukan Pilihannya
J :Jelaskan
secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi Pilihannya
U :Perlu dilakukan Kunjungan Ulang
Komentar
Posting Komentar